Rembang – Jumlah ternak sapi di Kabupaten Rembang merosot tajam sepanjang tahun 2023 ini.
Kepala Dinas Pertanian Dan Pangan Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto membeberkan hasil Sensus Pertanian tahun 2023 menunjukkan sapi yang semula tercatat 150 an ribu, kini anjlok menjadi 105 an ribu ekor.
“Ada penurunan populasi kita, turun agak jauh,” ungkapnya.
Tapi ternyata fenomena semacam itu terjadi hampir merata di Provinsi Jawa Tengah, sehingga ranking populasi sapi kabupaten Rembang belum berubah, yakni tetap pada posisi ke-4, setelah Kabupaten Blora, Grobogan dan Kabupaten Wonogiri.
Termasuk Kabupaten Rembang juga merupakan penghasil pedhet unggul, untuk dipasok ke daerah-daerah lain.
“Populasi ini 67 ribuan adalah akseptor inseminasi buatan (IB), kelahiran rata-rata per tahun 47 ribu pedhet, sehingga Rembang masih menjadi pusat penghasil bakalan simental dan limosin bagi daerah-daerah yang cukup pakannya,” kata Agus Iwan.
Sementara itu, Bupati Rembang, Abdul Hafidz mengaku kaget dengan turunnya populasi sapi.
“Saya kaget, dari 150 ribu kok jadi 105 ribu itu kenapa,” ujarnya.
Menurut informasi yang diterima ada sejumlah sebab, meliputi serangan penyakit mulut dan kuku (PMK) kemudian disusul wabah penyakit LSD/bentol-bentol.
Selain itu, pengaruh musim kemarau juga memungkinkan banyak ternak sapi yang dijual dan disembelih untuk keperluan komoditas daging.
Ia meminta kepada dinas terkait bisa menyeimbangkan antara populasi pedhet dengan jumlah sapi yang dipotong, sehingga mampu menjaga ketahanan pangan. Kalau turun drastis, menurut Bupati akan membahayakan.
“Mestinya harus seimbang, biar tetap menjaga ketahanan pangan kita. Gimana caranya pemerintah melakukan intervensi, supaya ide-ide ini dimunculkan, agar populasi sapi tidak terus menurun. Kalau ini turun terus bahaya, bisa membuat ketahanan pangan kita melemah,” kata Bupati.
Apalagi penurunan ternak sapi juga diikuti bayang-bayang usia petani yang merawat ternak, cenderung semakin naik umurnya, rata-rata pada usia 55 tahun ke atas. Warga berusia 50 tahun kebawah, semakin jarang menjadi petani.
“Kondisi ini juga menjadi tantangan kedepan,” pungkasnya. (Musyafa Musa).