Arti R2B Top Gonjol Dan Kisah Menarik Dari Penyiar Generasi Pertama!! R2B Berusia 28 Tahun
Direktur Utama Radio R2B Rembang, “Onny” Abi Wahono. (Foto atas) Penyiar paling senior di R2B, Umi Hani mengenang masa siaran dengan menggunakan kaset, saat ulang tahun Radio R2B ke-28.
Direktur Utama Radio R2B Rembang, “Onny” Abi Wahono. (Foto atas) Penyiar paling senior di R2B, Umi Hani mengenang masa siaran dengan menggunakan kaset, saat ulang tahun Radio R2B ke-28.

Rembang – Sejak berdiri tahun 1994 silam sampai sekarang, Radio R2B masih mempertahankan tagline atau slogan R2B Top Gonjol.

Dari menempati kanal frekuensi 1296 AM di Lintas Waru 32 Rembang, hingga berpindah ke 98,4 FM di Jl. Pemuda KM 03 Rembang tahun 2001, slogan R2B Top Gonjol masih melekat di telinga pendengar.

Di sela-sela tasyakuran memperingati ulang tahun R2B ke-28, hari Jum’at (19 Agustus 2022), Direktur Utama Radio R2B, “Onny” Abi Wahono mengatakan R2B Top Gonjol berarti top yang paling top.

“Kita mengambil istilah orang-orang dulu, namanya Top Gonjol adalah top yang paling top, ya sangat sangat top lah gitu. Tagline tersebut masih kita pakai sampai sekarang, “ ujarnya.

Onny menambahkan radio terus bergerak mengikuti alur perkembangan teknologi, yang berdampak pada pengelolaan radio.

“Sekarang masih analog, kedepan sudah pakai digitalisasi. Mau nggak mau, suka nggak suka, kita harus menyesuaikan, “ beber pria yang tinggal di Desa Sukoharjo, Rembang ini.

Sementara itu, penyiar senior R2B, Umi Hani membenarkan masa demi masa dunia penyiaran selalu memberikan kesan tersendiri.

Ia mencontohkan dulu era tahun ’90-an penyiar dituntut menguasai daftar lagu sebegitu banyak kaset, untuk keperluan memutar lagu. Tapi sekarang serba mudah, karena sistem komputerisasi.

“Mungkin adik-adik sekarang nggak merasakan kala itu ya dan pasti akan bertanya masak sich. Apalagi di sini nggak ada operator, jadi semua dihandle penyiar, “ ujar Hani, generasi pertama penyiar R2B.

Begitu pula pendengar, menurutnya terjadi beragam pergeseran, sehingga pihak radio mesti mengimbangi melalui trend kekinian. Termasuk menggenjot media sosial (Medsos), agar lebih dekat dengan pendengarnya.

“Kita punya streaming, jadi yang ndak punya radio, tetap masih bisa mendengarkan, kemudian ada pula portal website dan Medsos. Jadi nggak bisa cuman melulu siaran saja, “ imbuh Hanik.

Wanita berusia 54 tahun yang tinggal di Perumahan Permata Hijau Ngotet, Rembang ini menimpali kunci utama radio mampu bertahan adalah cepat beradaptasi dengan perkembangan zaman.

“Salah satu contoh, dulu radio hanya mengiklankan produk. Tapi sekarang kita mengiklankan dan juga menjual produknya secara langsung. Banyak produk yang kita jual di sini. Ini yang saya sebut tadi, radio perlu adaptif, “ pungkasnya. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan