

Sluke – Nelayan Desa Pangkalan Kecamatan Sluke mengeluhkan susahnya mendapatkan bahan bakar solar, untuk keperluan melaut.
Masalah tersebut menjadi perhatian serius, sehingga pihak desa mengumpulkan para nelayan di balai desa setempat, Sabtu malam (06/08).
Ketua kelompok nelayan Desa Pangkalan Kecamatan Sluke, Muhari menjelaskan awalnya nelayan bisa membeli solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), dengan menunjukkan surat keterangan dari Kepala Desa.
Namun sekarang, petugas SPBU menolak. Alasannya, nelayan harus membawa surat rekomendasi dari Dinas Kelautan Dan Perikanan.
“Jadi nelayan lebih susah, padahal kami nelayan kecil yang sehari-hari hanya mengandalkan penghasilan melaut, untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Masalah ini juga dialami nelayan desa-desa lain di Kecamatan Sluke, “ kata Muhari.
Kepala Desa Pangkalan, Syakroni mengatakan selama ini nelayan di pesisir pantai utara Kecamatan Sluke membeli solar subsidi di SPBU Desa Leran.
“Seringnya beli ke situ, soalnya yang SPBU lain di Jatisari, sering tidak ada solar, “ terangnya, Minggu (07 Agustus 2022).
Pihaknya mencoba menemui pengelola SPBU Leran, kemudian diberikan toleransi. Untuk sementara, pembelian solar bisa memakai surat keterangan kepala desa, sampai tanggal 10 Agustus 2022.
Tapi setelah itu, wajib menggunakan surat rekomendasi dari Dinas Kelautan Dan Perikanan.
“Pihak SPBU ngasih waktu sampai tanggal 10 Agustus, pembelian solar dengan surat keterangan Kepala Desa. Setelah tanggal 10 Agustus, pakai surat rekomendasi dinas. Bentuknya, surat menerangkan nama ini alamat di sini benar-benar sebagai nelayan yang punya perahu, “ ujar Kades.
Dalam pertemuan di Balai Desa Pangkalan, tampak hadir perwakilan Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Rembang.
Syakroni menimpali pada prinsipnya instansi tersebut siap memberikan surat rekomendasi kepada nelayan.
“Setelah mendengarkan keluhan nelayan, pihak dinas sepakat siap berikan surat rekomendasi untuk beli solar, “ imbuhnya.
Khusus di Desa Pangkalan, menurut Syakroni terdapat 150 an perahu nelayan. Tiap perahu, membutuhkan 100 liter solar per hari.
Nelayan sebenarnya berharap di Kecamatan Sluke berdiri Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN). Asalkan, harga solar tetap disubsidi, karena hampir semua adalah nelayan kecil. Kalau harganya sama dengan solar industri, nelayan pasti keberatan.
“Ada SPBN ya diharapkan. Tapi harga solarnya sama dengan solar subsidi, atau kalaupun ada selisih, nggak terlalu tinggi, “ beber Syakroni.
Sementara itu, Camat Sluke, Wiyoto membenarkan nelayan di pesisir pantai utara Kecamatan Sluke merupakan nelayan kecil, pengguna perahu cokrik.
“Mulai dari Desa Leran, Trahan, Pangkalan, Jatisari, Blimbing, Desa Manggar, rata-rata nelayan perahu kecil, “ kata Camat.
Soal keluhan solar, pihak kecamatan menunggu laporan resmi dari desa, untuk nantinya dapat diteruskan ke dinas terkait.
“Selama ini sebatas dengar-dengar saja di luar, nanti kita juga siap koordinasikan dengan Dislutkan, “ pungkasnya. (Musyafa Musa).