14 Kasus PMK Menyebar Di Tiga Kecamatan, Pemkab Rembang Siaga
Kapolres dan Bupati Rembang berbincang dengan pedagang ternak sapi di Pasar Hewan Pamotan, Selasa (17/05).
Kapolres dan Bupati Rembang berbincang dengan pedagang ternak sapi di Pasar Hewan Pamotan, Selasa (17/05).

Rembang – Jumlah ternak sapi yang positif terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Rembang mencapai 14 ekor.

Bupati Rembang, Abdul Hafidz menyampaikan masalah tersebut, ketika menggelar inspeksi mendadak ke Pasar Hewan Pamotan, hari Selasa (17 Mei 2022).

Menurutnya, dari total 14 kasus itu, menyebar di Kecamatan Kaliori, Kragan dan Kecamatan Sarang.

“Di Kabupaten Rembang sudah ada 14 kasus, sesuai hasil lab. Makanya kami bersama pak Kapolres dan pak Dandim ingin memastikan bagaimana situasi di pasar hewan. Kita ingin lokalisir, supaya nggak merebak, “ tuturnya.

Hasil pengecekan secara acak di Pasar Hewan Pamotan, sejauh ini tidak ditemukan penyakit mulut dan kuku. Ia memastikan belum akan menutup pasar hewan.

“Alhamdulilah sehat-sehat. Tapi kalau nanti ada perkembangan yang nggak bagus, pasar hewan akan kita tutup sementara. Tapi muda-mudahan nggak terjadi, “ tandas Bupati.

Soal persediaan obat untuk mengatasi PMK pada ternak, Bupati akan selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

“Termasuk kandang karantina bagi ternak yang kena, belum ada. Nanti akan kita siapkan. PMK ini nggak menakutkan, tapi merugikan peternak kita. Ternak yang awalnya makan bagus, jadi nggak doyan makan, ini kan mengganggu pertumbuhan, “ beber Hafidz yang juga asli Desa Pamotan ini.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Dan Pangan Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto memperinci tambahan 2 suspek PMK terjadi di Kecamatan Kaliori. Penularan disebabkan karena kontak erat dengan ternak yang semula sudah kena, akibat perpindahan ternak.

“Awal-awal penularan kan dari luar kota. Untuk yang dua di Kaliori ini, karena interaksi erat dengan ternak yang sudah positif. Perpindahan ternak dari satu lokasi ke lokasi lain, memang menjadi kekhawatiran kami, “ urai Agus.

Bagi Agus, pantauan di pasar hewan efektif diterapkan, untuk lebih cepat mendeteksi potensi penularan.

“Ternak yang dibawa ke sini umumnya sehat. Tapi masa inkubasi virus 14 hari itu, gejala awalnya belum kelihatan, sampai pasar baru ketahuan. Nah melihat ramainya pasar hewan, menjadi potensi efektif penularan. Makanya kita pantau langsung, “ ungkapnya.

Disinggung apakah aman jika manusia mengkonumsi daging sapi yang terpapar PMK, Agus menegaskan belum ada laporan penularan ke manusia. Namun masyarakat tetap disarankan merebus daging sapi dengan air mendidih minimal selama 30 menit.

“Masak dagingnya dengan cara yang benar. Biar mantap, insyaallah aman, “ pungkasnya.

Agus juga mengimbau peran warga untuk cepat melapor jika menjumpai sejumlah gejala mencurigakan pada ternak.

Diantaranya demam menggigil hingga suhu 41 derajat, tidak nafsu makan, hewan lebih sering berbaring, penurunan produksi susu secara drastis, keluar air liur berbusa berlebihan, luka pada kuku bahkan kuku sampai terlepas.

“Bisa jadi terkena penyakit mulut dan kuku, “ kata Agus. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan