

Sumber – Hujan uang koin terjadi di Punden Dusun Modo Desa Jadi Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Tapi tentunya bukan hujan uang sungguhan, melainkan ada tradisi Ngalungi, yang salah satu kegiatannya, warga bergantian melemparkan puluhan uang koin, kemudian diperebutkan beramai-ramai.
Tua muda berbaur menjadi satu di ruang terbuka, sebelah utara kampung.
Seorang warga Dusun Modo Desa Jadi, Edi Mursito menceritakan tradisi Ngalungi warisan turun temurun dari para leluhur. Menyebar uang koin merupakan simbol bersyukur dengan cara berbagi, ketika apa yang diinginkan warga terkabul, utamanya seputar hewan ternak sapi mereka.
Makanya, ketika warga menggenggam koin, selalu menyampaikan beragam maksud. Misal, sapi milik warga yang semula sakit, kini sudah sembuh atau sapi yang awalnya hanya punya 1 ekor, sekarang sudah bertambah menjadi 2 ekor.
“Tradisi Ngalungi menyebar koin, merupakan bagian akhir dari Ngalungi. Sambil menyebar koin, warga menyampaikan unek-uneknya, “ kata Edi.
Sebelum menyebar koin, masyarakat mengawali tradisi Ngalungi dengan cara memandikan ternak sapi. Setelah itu, sapi dikalungi dengan ketupat dan lepet. Nah..kata Ngalungi, memang diambil dari tradisi mengalungi sapi menggunakan ketupat dan lepet tersebut.
Istilahnya, ternak sapi khusus pada hari itu dimanja-manja, tidak digunakan bekerja di sawah.
“Meski belakangan ini fungsi sapi sudah mulai bergeser. Kalau dulu sebelum ada traktor, sapi sering dipakai membajak sawah. Sekarang lebih banyak untuk peliharaan, sebagai tabungan kalau ada kebutuhan mendadak, bisa dijual, “ bebernya.
Edi Mursito menambahkan Ngalungi juga ditandai dengan kegiatan do’a bersama dan kondangan, sebagai simbol kebersamaan masyarakat. Tentunya, juga ungkapan rasa syukur kepada sang maha pencipta Allah SWT, atas rezeki ternak maupun hasil panen.
“Saat Ngalungi pula, kita bisa bertemu bersama dengan warga lain. Tak hanya untuk menandai rasa sayang kepada ternak, kita juga bersyukur atas apa yang kita punya. Jadi beragam filosofi bisa kita ambil, “ imbuh Edi.
Bagi Edi, meski zaman terus berubah dan mulai ada pergeseran nilai-nilai di tengah masyarakat, namun mempertahankan budaya Ngalungi adalah upaya untuk menjaga kearifan lokal. Apalagi dibalik Ngalungi terselip rasa kasih sayang, kebersamaan dan bersyukur. (Musyafa Musa).