Dua Keluhan Saat Masuk Museum Kartini, Yang Sering Didengar Wakil Bupati
Pemilihan Duta Museum di Rembang. (Foto atas) Seorang pengunjung mengamati foto yang terpampang di dalam Museum Kartini Rembang.
Pemilihan Duta Museum di Rembang. (Foto atas) Seorang pengunjung mengamati foto yang terpampang di dalam Museum Kartini Rembang.

Rembang – Keluhan soal gelap dan gerah, ketika berada di Museum Kartini Rembang, sering muncul.

Wakil Bupati Rembang, M. Hanies Cholil Barro’ menangkap hal itu sebagai masukan, supaya Pemkab Rembang tanggap menindaklanjuti masalah tersebut. Kuncinya, kenyamanan pengunjung menjadi yang paling utama.

“Ini yang sering saya dengar, Museum Kartini marai peteng kok pak. Mosok pengadaan lampu ae kok gak kuat. Siji peteng, loro sumuk (gerah-red). Itu yang sering muncul komentar dari masyarakat, “ ungkap Wakil Bupati yang biasa disapa Gus Hanies ini, saat pemilihan Duta Museum di Pendopo Museum Kartini, Senin (23/08).

Ia mengarahkan Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata segera turun tangan. Terkait dana, menurutnya tidak perlu khawatir.

“Segera eksekusi. Soal kebutuhan anggaran, kita carikan, gampang itu. Yang penting kenyamanan pengunjung, “ tandasnya.

Menurut Gus Hanies saat ini masyarakat umumnya cenderung lebih senang mengunjungi museum yang tidak ada kaitannya dengan sejarah kepahlawananan.

Ia mencontohkan Museum Angkut di Malang, kemudian Museum Kereta Api di Ambarawa, Museum Dirgantara Yogyakarta. Fenomena tersebut menjadi tantangan tersendiri, bagi museum yang bersentuhan langsung dengan tokoh kepahlawanan, termasuk Museum Kartini.

“Kalau Museum Dirgantara masih ada keterkaitan dengan sejarah perjuangan. Apalagi sekarang masyarakat juga bisa dengan mudah mencari data-data tentang Museum. Tadi saya coba googling tentang Museum Kartini, ternyata di Google ada semua, “ kata Wabup.

Kalau tidak terus berbenah, ia khawatir lama kelamaan museum yang mengangkat sejarah perjuangan pahlawan tempo dulu akan semakin minim pengunjung dan dampaknya generasi muda tidak mengetahui riwayat sejarah.

“Jangan sampai generasi muda kita tidak tahu beliau-beliau para pahlawan, dalam hal ini RA Kartini memperjuangkan segalanya, hak-hak perempuan dan kemerdekaan Republik Indonesia, “ bebernya.

Dengan diadakannya Duta Museum, ia menyambut positif, sekaligus mendorong agar Duta Museum yang terpilih, mampu membangkitkan promosi Museum Kartini melalui kekuatan media sosial.

“Setelah terpilih, tugasnya justru akan semakin berat, mengenalkan museum dan meningkatkan kunjungan masyarakat ke museum, menjadi tugas pokok Duta Museum. Branding lagi museum kita dengan lebih baik, “ pungkasnya.

Pada babak grand final, akhirnya terpilih juara I Duta Museum, yakni Alvita Rizqi Amalia (17 tahun) dari SMA N I Lasem.

Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, Mutaqin menyebut pemilihan Duta Museum sebagai salah satu upaya meningkatkan keterlibatan generasi muda, dalam membantu mempromosikan museum. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan