Kisah Alif Fatah Dan Keluarga Yang Nyaris Terisolir, Sampaikan 1 Harapan
Dapur umum di Desa Tireman, Rembang, Selasa sore. (Foto atas) Rumah Alif Fatah dan keluarganya yang nyaris terisolir di Dusun Bagel Desa Mondoteko.
Dapur umum di Desa Tireman, Rembang, Selasa sore. (Foto atas) Rumah Alif Fatah dan keluarganya yang nyaris terisolir di Dusun Bagel Desa Mondoteko.

Rembang – Sebuah rumah di Dusun Bagel Desa Mondoteko, Kecamatan Rembang nyaris terisolir, setelah banjir besar menerjang kawasan tersebut, Minggu sore lalu (29/11).

Rumah berdinding bambu bercat putih ini, ditempati Alif Fatah dan keluarganya. Ada 8 orang yang menempati rumah tersebut.

“Kami kebetulan keluarga besar mas, “ kata Alif Fatah.

Alif Fatah mengatakan di depan rumahnya terdapat sungai kecil, semacam saluran air. Di atasnya terdapat jembatan bambu ukuran 2,5 x 9 Meter, hasil buatan sendiri, untuk menunjang aktivitas sehari-hari, terutama saat keluar masuk rumah.

Pada waktu banjir pertama Rabu sore (25/11) jembatan sempat rusak, tapi masih bisa diperbaiki. Namun ketika banjir kedua Minggu sore (29/11), jembatan sudah tidak bisa diselamatkan lagi, karena hanyut terbawa banjir besar. Termasuk kios bensin miliknya juga lenyap.

“Usai banjir pertama, saya perbaiki masih bisa. Sudah kuat, eh diterjang banjir lagi. Nah yang ini habis mas, jembatan bener-bener putus. Saya akui banjir Minggu sore lalu, yang terparah. Kami saja sampai ngungsi berhari-hari ke rumah saudara, “ ungkapnya.

Untuk bisa keluar rumah, Alif Fatah membenarkan cukup sulit. Kalau jalan kaki, ia membuat tangga darurat dari kayu di samping rumahnya, agar bisa mengakses jalan raya Bagel.

Tapi jika menggunakan sepeda motor, terpaksa harus jalan memutar dari akses jalan sebelah timur rumahnya.

“Kondisi jalan memang belum kering sepenuhnya akibat banjir, jadi kita jalan kaki, ya pakai tangga kecil kayu itu mas, “ imbuh Alif.

Lalu apa sarannya untuk mengurangi dampak banjir ? Ia mengusulkan kanan kiri sungai ditebing, agar tanah padat dan tidak menggerus kanan kiri tanggul. Selain itu, saluran menuju sungai diperbesar, untuk memperlancar laju air.

“Penginnya dinormalisasi dan ditebing. Dulu sebenarnya air lancar, tapi lantaran di dekat sungai sudah didirikan bangunan dan gorong-gorongnya jadi sempit, akhirnya air kurang lancar, “ bebernya.

Karena Dusun Bagel Desa Mondoteko termasuk lokasi parah terkena banjir, mendorong sejumlah kalangan turun langsung membantu meringankan beban korban bencana, hari Selasa (01/12). Salah satunya datang dari komunitas Konco Raked, alumni SMA N I Rembang tahun 1999. Mereka menyalurkan bantuan paket Sembako dan santunan kepada korban banjir yang termasuk warga tidak mampu.

“Kami turut prihatin atas kejadian ini dan semoga saja bantuan bisa bermanfaat untuk saudara-saudara kita di Bagel, “ kata Arif, mewakili Konco Raked ’99.

Komunitas Konco Raked, Alumni SMA N I Rembang tahun 1999 menyalurkan bantuan kepada warga tidak mampu korban banjir di Dusun Bagel Desa Mondoteko.
Komunitas Konco Raked, Alumni SMA N I Rembang tahun 1999 menyalurkan bantuan kepada warga tidak mampu korban banjir di Dusun Bagel Desa Mondoteko.

Selain Dusun Bagel, lokasi parah lainnya di Desa Tireman, Rembang. Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kabupaten Rembang, sempat membuka dapur umum, Selasa sore, untuk memastikan pasokan makanan korban banjir di desa yang berada di pinggir jalur Pantura Rembang – Lasem itu.

“Dapur umum sementara sampai Selasa malam dulu, tapi nanti akan kita lihat perkembangan situasi seperti apa, “ ujar Sri Wahyuni, Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kabupaten Rembang. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan