Sarang – Warga Kabupaten Rembang di daerah perbatasan mempertanyakan, kenapa kondisi jalan di Kabupaten Rembang Jawa Tengah ketinggalan jauh dengan Kabupaten Tuban Jawa Timur.

Misalnya di perbatasan antara Desa Sampung Kecamatan Sarang Rembang Jawa Tengah dengan Desa Tlogoagung Kecamatan Bancar Tuban Jawa Timur.

Seorang warga Kabupaten Rembang, Suwito mengeluhkan jalan masuk Kabupaten Rembang rusak parah dan berdebu.

Selain sudah cukup lama tidak diperbaiki, jalur tersebut juga menjadi perlintasan truk-truk pengangkut bahan tambang pasir kuarsa bertonase berat.

Meski jalan sudah disiram dan memberikan retribusi Rp 5 Ribu per rit, tetap saja imbas negatif dirasakan.

Berbeda ketika masuk Tlogoagung Tuban Jawa Timur, kondisi jalan mulus. Masyarakat Tlogoagung melarang keras truk pengangkut bahan tambang melintas, sehingga jalan lebih awet.

“Kita ya sering membanding-bandingkan, antara Jawa Tengah yang rusak parah, naik motor harus pelan-pelan. Tapi masuk Jatim mulus, kita ya pengin seperti itu. Bedanya jauh, semoga Pemkab Rembang tanggap,” ungkapnya, Kamis (08 Mei 2025).

Suwito juga menyoroti keberadaan tugu tua yang menjadi tapal batas perbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur.

Kondisi tugu tertutup semak belukar dan tidak ada indentitas yang jelas. Padahal fungsinya cukup penting, terutama bagi pengguna jalan yang kebetulan kali pertama lewat.

“Tugu ini sudah lama, zaman saya kecil sudah ada, mungkin sejak kemerdekaan. Tapi nggak pernah dirawat, nggak kelihatan jadinya, wong tertutup semak belukar. Kalau bisa ya dibangun, kecil-kecilan nggak apa-apa, yang penting jelas,” kata Suwito.

Jika mengacu kekuatan anggaran daerah, Kabupaten Rembang pada APBD 2025, sekira Rp 2 Triliun, menanggung 14 kecamatan dan biaya untuk membayar gaji pegawai Rp 935 Miliar.

Sedangkan APBD Kabupaten Tuban Rp 3,2 Triliun menanggung 20 kecamatan, untuk membayar gaji pegawainya Rp 1,3 Triliun.

Masyarakat di daerah perbatasan ingin kalau Tuban bisa, kenapa Rembang tidak ? Kepentingan umum terutama infrastruktur jalan, bisa menjadi prioritas utama penanganan. (Musyafa Musa).