ATS Jadi Fokus Perhatian, Jumlah SLB Jadi Kendala
Siswa di Rembang pulang sekolah, baru-baru ini.
Siswa di Rembang pulang sekolah, baru-baru ini. (ilustrasi).

Rembang – Jumlah sekolah luar biasa (SLB) di Kabupaten Rembang minim, sehingga masih cukup banyak anak disabilitas belum bisa dilayani pendidikan formalnya.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Rembang, Afan Martadi menjelaskan saat ini baru ada 2 SLB di Rembang dan Lasem. Padahal anak-anak disabilitas tersebar di semua kecamatan.

“Ada 14 kecamatan di Kabupaten Rembang, karena cuma 2 SLB, sehingga jadi problem,” ujarnya.

Sempat muncul wacana masalah tersebut akan diatasi dengan gagasan Rumah Inklusi di setiap kecamatan. Ia berharap program itu bisa terealisasi di tahun 2025.

“Ini gagasan dari Komisioner Komnas Disabilitas dari Lasem, Rembang, Teh Aci merencanakan terobosan Rumah Inklusi, sehingga kalaupun tidak ada SLB, bisa ditunjang dengan Rumah Inklusi. Coba akan kita follow up lagi nanti,” beber Affan.

Afan Martadi menambahkan di Kabupaten Rembang sepanjang tahun 2021 – 2023 terdapat anak tidak sekolah (ATS) sebanyak 1.655. Dari angka itu, yang sudah kembali bersekolah lagi 405 atau 43 %.

“Ini kerja keras dari tim Gas Pol (Gerakan Ayo Sekolah Pol) 12 tahun, baik dari sisi data maupun pendekatan,” terangnya.

Sedangkan pada tahun 2024 ini, anak usia 7 – 18 tahun sebanyak 17.539, ditemukan 364 anak tidak sekolah. Mereka tersebar di Kecamatan Bulu, Sedan, Kaliori dan Kecamatan Sale.

Setelah dilakukan pendekatan dan intervensi, 105 anak akhirnya mau kembali bersekolah. Kemudian 156 anak belum mau bersekolah lagi, karena berbagai alasan dan 103 anak lainnya belum konfirmasi.

“Kita fokus sama yang belum konfirmasi, karena bulan-bulan ini menjadi waktu yang menentukan untuk proses ATS ke sekolah. Kita hubungkan ke sekolah atau pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM),” pungkas Afan. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan