Lasem – Seorang warga Desa Ngemplak, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, menggali kuburan untuk dirinya sendiri, meski tidak tahu kapan ajal akan datang menjemput.
Sebuah peristiwa yang tak lazim, karena umumnya kuburan digali secara beramai-ramai, ketika ada seseorang meninggal dunia.
Aksi unik tersebut dilakukan Sumadi, warga RT 01 RW 06 Desa Ngemplak. Pria yang mengaku berusia 102 tahun ini, sudah seminggu terakhir menggali makam di pemakaman umum desa setempat. Posisi makam yang digali berdekatan dengan makam sang isteri, Djumi yang lebih dulu meninggal dunia. Saat ada warga ingin membantu, Sumadi selalu menolak.
Sumadi beralasan melakukan persiapan dari sekarang, sehingga ketika kelak meninggal dunia tidak terlalu merepotkan keluarga maupun tetangga sekitar. Apalagi kebetulan di rumah, dirinya tidak mempunyai pekerjaan, maka waktu luangnya dimanfaatkan untuk menggali kubur.
Selain makam, Sumadi juga menyebut sudah menyiapkan kain kafan dan pathok untuk nisan.
“Ketimbang nganggur. Ya nggak tahu kapan meninggalnya, tapi menyiapkan buat saya sendiri, biar tidak merepotkan yang muda-muda. Saya tidak pakai jam-jaman, pokoknya kalau capek ya pulang. Kalau harapan saya tetep panjang umur, “ kata Sumadi menggunakan bahasa Jawa, Selasa (20 Oktober 2020).
Menggali kubur sendirian untuk kepentingan ia pribadi, sontak langsung menyedot perhatian masyarakat sekitar. Purmono, tetangga Sumadi mengaku terkejut, saat kali pertama mengetahui. Penyebabnya, belum jelas kapan waktu meninggal dunia, kenapa sudah menyiapkan makam.
Ia mengenal sosok Sumadi sebagai pribadi yang aktif. Meski berusia lanjut, namun tenaganya masih kuat. Bahkan setiap ada orang meninggal dunia, Sumadi selalu datang ikut membantu menggali kubur.
“Tapi begitulah keputusan Mbah Sumadi, nggak mau merepotkan. Beliau menyiapkan juga pathoknya, dipotong sendiri, dibuat nama tulisan sendiri. Saya lihatnya saja sampai pengin nangis kok, “ ungkapnya.
Warga lain, Budiono sempat datang ke lokasi penggalian makam. Kepada Sumadi, ia berkelakar kalau makam sudah dibuat seperti itu, justru tidak akan cepat meninggal dunia.
“Belum mati kok buat duluan, malah meninggalnya lama. Saya gojeki gitu. Tapi Mbah Sumadi nggak menghiraukan kok, “ kata Budiono.
Sebenarnya pihak keluarga, Ketua RT maupun aparat desa setempat sudah berulang kali menasehati Sumadi, untuk menghentikan penggalian kubur. Nurul Chasanah, cucu dari Mbah Sumadi merasa tidak enak hati, nantinya dianggap keluarga seperti membiarkan. Padahal sudah sering memberikan masukan. Namun karena tekad kakeknya sangat kuat, akhirnya keluarga tak kuasa melarang.
“Mbah Sumadi itu kan masih sehat, keluhan penyakit juga nggak ada, tapi pendengarannya sudah berkurang. Ia pernah bilang pengin meninggal cepet, kita bilangi jangan gali kubur, ya masih ngeyel, yo ben. Tiap pagi tetep pergi ke makam, melanjutkan penggalian, “ terangnya.
Kepala Desa Ngemplak Kecamatan Lasem, Mustaqim mengakui sepanjang sejarah, baru kali pertama ini ada warga di kampungnya menggali makam untuk kepentingan sendiri. Ia memastikan Mbah Sumadi sehat, sama sekali tidak mempunyai riwayat gangguan kejiwaan.
Pihak desa mengambil dari sisi positifnya, karena tujuan Mbah Sumadi baik, mengingat mati sekaligus tidak ingin terlalu merepotkan orang lain. Kalau dilarang, justru Mbah Sumadi akan marah.
“Memberi contoh bahwa kematian pasti datang. Gali makam di sini umumnya kan beregu, tapi kalau mbah Sumadi gali sendiri, prinsipnya baik, ya kita hargai saja. Jangan kita berprasangka yang buruk, “ beber Kades.
Karena penggalian makam sudah hampir selesai, nantinya akan ditutup papan dulu, supaya ketika turun hujan deras tidak tertutup air. (Musyafa Musa).