Sungguh Bikin Trenyuh, Curhatan Tetangga, Pasien Corona Dan Pihak Desa
Atas persetujuan pihak desa, beginilah hasil komunikasi chat WhatsApp antara kepala desa dengan pasien terpapar corona. Pasien begitu semangat ingin melawan penyakit yang dideritanya.
Atas persetujuan pihak desa, beginilah hasil komunikasi chat WhatsApp antara kepala desa dengan pasien terpapar corona. Pasien begitu semangat ingin melawan penyakit yang dideritanya.

Pamotan – Semenjak ada warga sebuah desa di Kecamatan Pamotan positif terpapar corona, tetangga sekampung dengan pasien merasakan imbas yang luar biasa. Mereka ikut dikucilkan, seakan-akan langsung mendapatkan cap negatif. Padahal sebelumnya tidak tahu menahu duduk permasalahan yang terjadi.

Seorang warga setempat kepada Reporter R2B mengaku tidak mengira penduduk di kampungnya, harus menerima kondisi seperti sekarang ini. Pada awal tetangganya masuk rumah sakit, karena baru dicurigai terjangkit corona saja, ia yang tinggal agak jauh dari rumah pasien, sudah menghadapi perlakuan tidak mengenakkan dari warga desa lain.

“Saat parkir motor di depan pasar, warga luar desa yang kebetulan kenal saya, langsung pergi menjauh. Seperti saya ini membawa penyakit. Kami butuh dukungan semangat, bukan malah diperlakukan seperti layaknya kotoran yang harus disingkirkan, “ kata warga yang kami rahasiakan identitasnya ini.

Ia merasakan warga maupun pemerintah desa di kampungnya seperti berjuang sendiri, untuk memulihkan stigma negatif dari masyarakat luar desa. Harapannya, ada rasa empati dan dukungan dari banyak pihak, agar kampungnya mampu bangkit.

“Orang nggak tahu apa-apa, bukan ODP, nggak pernah kontak pula dengan pasien, langsung dijauhi. Masyaallah, “ imbuhnya dengan nada lirih.

Camat Pamotan, M. Mahfudz ketika dikonfirmasi membenarkan setelah ada warga positif terpapar corona, sontak memicu permasalahan sosial. Ia mencontohkan ada warga di Kecamatan Rembang Kota meninggal dunia. Kebetulan mempunyai saudara dari desa yang warganya positif corona, ingin datang melayat. Itu pun membuat pelayat lain ketakutan.

“Saya ditelefon, pak ini gimana saudaranya mau datang melayat. Sampai seperti itu. Ada permasalahan sosial yang perlu pemahaman di tengah masyarakat, “ tuturnya.

Mahfudz mengakui pihaknya juga menerima pertanyaan dari warga, apakah perlu kebijakan lock down lokal tingkat desa, untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19 ? Ia menegaskan sejauh ini belum ada.

“Kita sudah berlakukan jam malam. Pukul delapan malam, warga di Kecamatan Pamotan harus di dalam rumah. Semua usaha tutup. Sementara upaya tersebut yang kita optimalkan, “ imbuh Camat.

Sementara itu pihak desa yang warganya positif corona menyampaikan masyarakat di desanya harus tetap semangat menghadapi cobaan ini. Satu sama lain harus saling menguatkan.

“Pasien yang positif saja, saat saya tanya melalui chat WA, semangat untuk sembuh melawan penyakit. Waktu video call tadi siang, senyum-senyum orangnya. Ini menjadi dorongan bagi kita yang sehat, agar terus bergerak dan jauh lebih semangat, “ ungkap kepala desa. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan