Rembang – Wabah K-Pop ala Korea dan ancaman paham radikalisme menjadi pengaruh yang paling mengkhawatirkan di kalangan pemuda milenial.
Pendapat itu disampaikan Niswa Nurnaima, mahasiswi STIE YPPI Rembang di sela-sela kegiatan dialog publik bertajuk “Memperkuat Nasionalisme Bagi Generasi Milenial” di lantai II Kampus STIE YPPI, Senin (28 Oktober 2019).
Mahasiswi warga Desa Seren, Kecamatan Sulang ini mengakui wabah K-Pop yang merajalela, seakan-akan mengesampingkan seni budaya Indonesia. Tanpa dirasa, pengaruh budaya luar negeri mengakibatkan rasa nasionalisme semakin luntur.
“Kalau ditanya identitas diri kita siapa, nggak jelas. Soalnya ikut-ikutan trend. Jujur saja temen-temen di kampus sebagian seneng K-Pop, tapi sebagian lainnya nggak, “ ujarnya.
Niswa juga menyoroti pemakai hijab ukuran besar yang kadang kala dikaitkan dengan terpapar paham radikal. Baginya, menyikapi paham radikalisme harus ditempatkan pada porsi yang tepat, sehingga tidak mudah memicu stigma negatif.
“Pakai hijab besar langsung dianggap radikal, apalagi teroris. Nah ini yang jadi korban kan mereka, “ tuturnya.
Dialog publik yang digelar oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Pena STIE YPPI ini dihadiri sekira 100 orang dari perwakilan pelajar, mahasiswa dan organisasi kepemudaan.
Ketua Panitia Kegiatan, Khanda Eka Meilana berharap melalui forum tersebut generasi milenial yang umumnya cenderung apatis, mau lebih peduli terhadap perkembangan lingkungan. Dengan lebih peduli, muara tujuan akhirnya, akan tercipta generasi milenial yang kuat.
“Kuat dari sisi nasionalisme, makanya forum ini untuk menumbuhkan nasionalisme mereka. Harapan kami, gejala-gejala apatis dapat ditekan, “ ungkap Khanda.
Dalam dialog publik untuk menyemarakkan Hari Sumpah Pemuda ini, dua orang narasumber menyampaikan paparan materi secara bergantian. Keduanya Syaiku Rosyidi akademisi STIE YPPI dan Ketua Akademi Komunitas Semen Indonesia (AKSI), Sugi Haryadi. (Musyafa Musa).