Sluke – Pasca kebakaran, banyak pedagang pasar Desa Sluke, Kecamatan Sluke menolak pemindahan pasar di belakang kantor KUA Sluke, karena lahan di lokasi tersebut masih harus diuruk. Kalau tidak diuruk, pedagang khawatir ketika hujan deras akan kebanjiran.
Warmi, seorang pedagang ikan di Pasar Sluke mengaku keberatan jika mesti menguruk tanah itu. Mengingat masih banyak pedagang yang menanggung kerugian akibat kebakaran. Untuk aktivitas berjualan sementara, saat ini ia memanfaatkan lahan di sebelah barat pasar, dengan mendirikan lapak seadanya. Itu pun sudah mengeluarkan ongkos hingga Rp 1,5 Juta.
Apabila proses relokasi mulai berjalan, bangunan lapak akan dibongkar lagi menuju tempat baru.
“Sementara dibagi-bagi di barat pasar, sambil nunggu relokasi. Tapi kami menolak kalau dipindah ke belakang KUA, dengan alasan tempatnya nggak layak, “ kata pedagang asal Desa Tasiksono, Kecamatan Lasem ini.
Pedagang lain, Karomah menuturkan setelah menempati lahan di barat pasar, kondisinya saling berdesak-desakan. Apalagi ketika jam pagi hari, situasi sangat semrawut. Karena masih menempati lapak darurat, pedagang tiap hari harus bongkar muat barang-barang dagangan. Wanita warga Desa Jurangjero, Kecamatan Sluke ini mendukung jika pasar segera direlokasi. Tapi jangan di belakang kantor KUA, lantaran akan semakin menambah beban pedagang.
“Jujur saja repot mas. Pagi naruh dagangan, nanti saat mau tutup jam dua siang, barang dagangan diangkut lagi. Kalau yang punya mobil sendiri, ya nggak masalah. Makanya relokasi, lebih cepat lebih baik, “ ujarnya.
Usulan dari pedagang, akhirnya disetujui oleh Pemerintah Desa Sluke. Relokasi pasar tidak jadi di belakang kantor KUA Sluke, melainkan diarahkan ke sebelah barat dan selatan Pasar Sluke yang terbakar. Sebelumnya, Pasar Sluke dilalap si jago merah, Jum’at dini hari (06/09). Dari total 140 an orang pedagang, 130 an diantaranya terkena dampak. (Musyafa Musa).