

Kragan – Masjid di pinggir jalur Pantura Semarang – Surabaya ini menjadi salah satu Masjid dengan ukuran kubah terbesar di Kabupaten Rembang. Bagaimana awal mula kisah pembangunan Masjid tersebut ? Kami akan hadirkan dalam Jelajah Islam.
Namanya Masjid An-Nur, terletak di pinggir jalur Pantura Desa Kebloran, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang. Menurut Sekretaris Pengurus Ta’mir Masjid An-Nur, Didik Syaefudin Zuhri, semula Masjid di lokasi tersebut merupakan Masjid model lama. Tapi sejak tahun 2013 lalu, Masjid mulai dibongkar, setelah terkumpul dana awal sekira Rp 100 Juta.
Saat itu, desain Masjid ditangani oleh seorang arsitek di Lasem. Yang paling mencolok adalah bentuk kubah sangat besar, diameternya mencapai 15 an Meter. Dibandingkan dengan Masjid-Masjid pada umumnya, ukuran semacam itu termasuk relatif besar dan jauh berbeda. Tidak ada pesanan khusus kepada pihak yang merancang bentuk bangunan, tetapi semuanya diserahkan arsitek. Hanya saja motif warna kubah mengalami perubahan, ketimbang konsep awal.
“Sempat 4 tahun dirapatkan. Akhirnya tahun 2013 Masjid yang lama dibongkar. Khusus kubah besar itu ide dari pendesain. Diameter 15 Meter dan tingginya 15 Meter, memang kalau Masjid lain nggak besar seperti ini, “ beber Didik.
Masjid An-Nur memiliki konstruksi dua lantai. Lantai bawah biasa digunakan untuk aktivitas ibadah harian, seperti sholat 5 waktu. Sedangkan lantai dua, dimanfaatkan saat hari besar keagamaan. Misalnya sholat Idul Fitri dan Idul Adha. Di sebelah utara Masjid, terdapat menara cukup tinggi dengan sejumlah alat pengeras suara, untuk menggaungkan kumandang Adzan. Jika ditotal, biaya renovasi Masjid An-Nur menghabiskan Rp 3 Miliar lebih.
“Kalau sholat i’ed, biasanya lantai atas dipakai jemaah wanita. Jumlahnya pasti membludak ke pinggir jalan raya. Sampai hari ini masih ada proses penataan. Menaranya sama tempat imam itu tergolong juga masih baru, “ imbuhnya.
Didik Syaefudin Zuhri menambahkan jemaah yang datang ke Masjid An-Nur tidak hanya warga Desa Kebloran. Kebetulan posisi Masjid berada di titik perbatasan, dengan Desa Tanjungan. Tak heran, jika warga Tanjungan bagian barat sering ikut bergabung ke Masjid itu. Menurutnya, Masjid memiliki multi fungsi. Mulai tempat ibadah, syiar agama Islam, hingga tempat musyawarah umat, membahas dinamika persoalan yang terjadi di tengah masyarakat. Apalagi saat bulan suci Ramadhan seperti sekarang, denyut nadi aktivitas di dalam Masjid semakin berdetak.
“Masjid alhamdulilah benar-benar dioptimalkan untuk kegiatan umat. Hari biasa, ada pengajian malam Sabtu, malam Rabu dan malam Kamis, termasuk untuk remaja Masjid. Tapi kalau Ramadhan, ditambah dengan pengajian sehabis sholat subuh dan ba’da ashar. Malam harinya tadarusan, “ tandasnya.
Ketua Panitia Pembangunan Masjid An-Nur Desa Kebloran, Ridwan mengungkapkan selama proses pembangunan, pihaknya tidak menggalang dana dengan cara turun ke jalan meminta-minta sumbangan. Tetapi berusaha memberikan kesadaran kepada 700 an kepala keluarga di Desa Kebloran, untuk mengoptimalkan sumber daya warga setempat.
“Bagaimana kita menata hati warga, agar mereka ikhlas menyumbang. Poin kuncinya adalah melawan tradisi nyegat di jalan. Saya masih ingat, waktu peresmian Masjid, pak Camat, pak Bupati hingga pak Gubernur Ganjar Pranowo ikut hadir, ” pungkas Ridwan. (Musyafa Musa).