Rembang – Kapolres Rembang, AKBP Pungky Bhuana Santosa mengakui netralitas jajaran kepolisian diuji, menjelang Pemilu 17 April 2019. Satu sisi, polisi harus dekat dengan siapapun. Namun di sisi lain kedekatan tersebut, bisa saja berpotensi memicu ketidaknetralan.
AKBP Pungky Bhuana Santosa menjelaskan boleh – boleh saja anggotanya memiliki teman siapapun, termasuk dari kalangan pengurus partai politik. Namun ketika sudah bicara politik, polisi wajib menjaga netralitas. Tugas polisi sudah diatur, yakni dalam rangka pengawalan maupun pengamanan. Karena kedepan rentan muncul batu sandungan, pihaknya meminta bantuan masyarakat dan media, untuk ikut mengontrol supaya polisi tetap berjalan sesuai koridor.
“Saya sering menekankan kepada jajaran, ndak apa – apa punya temen sebanyak – banyaknya, dalam rangka untuk menciptakan situasi yang harmonis. Namun kalau sudah soal politik, harus pada koridor kepolisian, pengawalan dan pengamanan. Informasi dari luar ini yang kami perlukan, sebagai bahan masukan, “ kata Kapolres.
AKBP Pungky Bhuana Santosa menambahkan siapapun yang akan menjadi presiden dan wakil presiden, posisi polisi tidak akan berubah, yakni tetap sebagai petugas negara. Ia berharap situasi Kabupaten Rembang akan selalu kondusif. Apalagi ditopang oleh tokoh – tokoh ulama yang terkenal memiliki semangat nasionalis.
“Muda – mudahan di Rembang ini kondusif, karena tokoh agamanya sangat nasionalis. Tapi ada sedikit informasi yang kita tangkap, menyangkut aliran radikalisme dan gerakan – gerakan lain yang sekiranya jadi potensi gangguan keamanan, “ imbuh Kapolres.
Menurutnya, saat ini Polres Rembang sudah mengerahkan anggotanya untuk melakukan pengamanan logistik Pemilu, seperti kotak suara dan surat suara. Selain siaga di Sekretariat KPU selama 24 jam, kepolisian juga mengintensifkan patroli di obyek vital lainnya, termasuk kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). (Musyafa Musa).