Rembang – Pembangunan Gedung Pelayanan Stroke Terpadu menjadi salah satu target untuk direalisasikan tahun ini di rumah sakit dr. R. Soetrasno Rembang.
Kepala Seksi Pengembangan Rumah Sakit dr. R. Soetrasno, Nurdin Fachrudi menjelaskan selama ini jumlah pasien rawat jalan gangguan syaraf, termasuk penyakit stroke, per hari mencapai 40 – 60 orang. Sedangkan untuk rawat inap, jumlah pasien selalu menempati 10 besar diagnosa penyakit. Hal itu yang melatarbelakangi, kenapa dibangun Gedung Pelayanan Stroke Terpadu.
Nantinya lokasi bangunan akan menempati lahan bekas ruangan ICU di samping Gedung Bedah Terpadu yang diresmikan belum lama ini. Ruang ICU sendiri sudah dihancurkan, kemudian dipindahkan ke lantai III Gedung Bedah Terpadu.
“Jadi lebih ke arah penderita gangguan syaraf, nggak hanya stroke. Terus terang, tingkat kunjungan pasien syaraf tinggi sekali. Nanti Gedung Pelayanan Stroke Terpadu dibangun 3 lantai. Anggarannya tahun ini, semoga proses tender lelang lancar, “ kata Nurdin.
Nurdin Fachrudi berharap dengan adanya Gedung Pelayanan Stroke Terpadu, pelayanan menjadi terintegrasi. Mulai dari rawat jalan khusus stroke, rawat inap hingga rehabilitasi medis. Pasien stroke biasanya setelah perawatan, akan diteruskan untuk mendapatkan penanganan fisioterapi.
Soal tenaga sumber daya manusia (SDM), menurutnya sudah mencukupi. Saat ini terdapat 2 orang dokter spesialis syaraf dan 1 calon dokter spesialis syaraf, kebetulan masih menyelesaikan kuliah.
“Jadi kita ingin semua layanan gangguan syaraf dan stroke terkoneksi dalam 1 bangunan. Untuk tenaga dokter, saya kira sudah mumpuni. Yang masih kuliah, calon dokter spesialis syaraf, tahun depan kemungkinan kembali ke Rembang. Jadi ruang ok, dokternya pun siap, “ imbuhnya.
Pembangunan Gedung Pelayanan Stroke Terpadu dianggarkan Rp 15,6 Miliar, bersumber dari dana alokasi khusus (DAK). (MJ – 81).