Kunjungan Wisatawan Pantai Caruban Menurun Drastis, BPBD Khawatir Penanganan Jadi Korban Pemangkasan
Pedagang di Pantai Caruban Lasem menunjukkan tumpukan karung berisi pasir, untuk mengurangi dampak ombak besar.
Pedagang di Pantai Caruban Lasem menunjukkan tumpukan karung berisi pasir, untuk mengurangi dampak ombak besar.

Lasem – Gempuran ombak di Pantai Caruban Desa Gedongmulyo Kecamatan Lasem, mengakibatkan abrasi semakin parah. Bahkan kondisi pengikisan daratan tahun ini lebih mengerikan, ketimbang tahun lalu.

Akibatnya, gasebo, jalan pantai, pepohonan dan tempat bersantai pengunjung porak poranda.

Seorang pedagang di Pantai Caruban Lasem, Ika Riskawati mengatakan pihaknya membuat tanggul darurat, terbuat dari bambu dan tumpukan karung berisi pasir, untuk menahan ombak besar.

Ika menyebut pedagang menggunakan dana swadaya secara mandiri.

“Semua pemilik warung ini memperbaiki sendiri. Biayanya ada yang Rp 3 juta, ada yang Rp 7 juta perbaikannya. Setiap tahun perbaikannya secara pribadi,” kata Ika, Selasa (11/02).

Humas Bumdes Bhakti Mulyo Desa Gedongmulyo selaku pengelola Pantai Caruban, Turiono menyampaikan imbas bencana abrasi juga menurunkan jumlah wisatawan.

“Biasanya abrasi datangnya cuma waktu musim kemarau, tapi kali ini musim penghujan biasanya tidak sampai separah ini. Ini lebih parah dari tahun kemarin. Wisatawan turun drastis, karena dipandang kurang enak dan banyak pohon cemara yang tumbang,” ucapnya.

Rencana Penanganan

Dalam tiga tahun terakhir, abrasi telah mengikis daratan Pantai Caruban sepanjang 10 meter. Beberapa wahana wisata yang sempat menjadi daya tarik utama terpaksa ditutup karena terdampak abrasi.

“Seperti gazebo kecil yang dibuat Bumdes atau yang dibuat oleh warung sendiri itu hilang semua. Terus permainan, termasuk jompat-jompit dan bandulan dulu itu ada, sekarang tidak ada semua,” ujar Turiono.

Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan, Logistik, Rehabilitasi, dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rembang, Puji Widodo mengungkapkan penanganan abrasi tahun 2025 ini akan ditangani oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana.

Namun setelah ada kebijakan pemangkasan anggaran dari pemerintah pusat, pihaknya belum tahu apakah rencana tersebut dilanjutkan atau batal.

“Kita tunggu saja, karena ini rencana programnya BBWS Pemali Juana,” tandas Puji.

Sambil menunggu keputusan pemerintah pusat, BPBD mengimbau masyarakat pesisir untuk tetap waspada. Berdasarkan prediksi BMKG, gelombang di perairan Pantai Utara Rembang diperkirakan masih cukup tinggi dalam tiga hari ke depan. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan