Keunikan Bulan Selo Bagi Kethoprak Langen Wandowo, Ikuti Trend Ditengah Gempuran Hiburan
Subaggio, pimpinan group Langen Wandowo Desa Kaliombo menunjukkan dekor kethoprak, sebelum pentas.
Subaggio, pimpinan group Langen Wandowo Desa Kaliombo menunjukkan dekor kethoprak, sebelum pentas.

Sulang – Bulan Selo atau Apit seperti sekarang, menjadi puncak ramai-ramainya pentas kethoprak di arena sedekah bumi.

Namun untuk warga punya kerja, di Kabupaten Rembang sangat jarang. Bahkan hampir tidak ada.

Salah satu group kethoprak yang masih eksis adalah Langen Wandowo Desa Kaliombo Kecamatan Sulang. Jadwal manggung group ini sudah mengular sepanjang bulan Mei ini.

Tanggal 15 di Desa Manggar Kecamatan Sluke, 16 di Desa Kabongan Lor Rembang, 17 Desa Karangasem Kecamatan Bulu, 18 Desa Tuyuhan Kecamatan Pancur, 22 Desa Seren Kecamatan Sulang, 25 Desa Bendo Kecamatan Sluke dan 31 Mei di Desa Soneyan Kecamatan Margoyoso Pati.

Pimpinan group kethoprak Langen Wandowo, Subaggio menuturkan tradisi mementaskan kethoprak saat sedekah bumi di bulan Selo, karena warisan turun temurun.

“Ibaratnya sudah jadi adat, ujar-ujarane orang-orang dulu. Wilayah Kabupaten Rembang, sedekah bumi rata-rata ya di sasi selo. Tapi kalau warga punya kerja, bukan selo. Biasanya di sasi syawal dan besar,” kata Subaggio, Senin (13 Mei 2024).

Ia menyadari hiburan modern semakin merebak. Tapi di sisi lain pentas seni Kethoprak masih tetap bertahan, karena menyesuaikan perkembangan.

Ia mencontohkan pemain peran emban. Kalau dulu hanya 3 – 4 orang, sekarang ditambah hingga belasan orang, sebagai daya tarik.

“Emban harus banyak, sekarang sampai 13 -15 orang. Lha begitu mintanya orang-orang di desa, emban harus banyak pak, jadi kita menyesuaikan trend. Kalau di Langen Wandowo ciri khasnya dibuka tari gambyong dan dilanjutkan orek-orek,” imbuhnya.

Dampak dari penambahan emban ketika berlangsung adegan, membuat ukuran panggung harus diperbesar. Kalau dulu hanya 6 x 6 Meter, tapi sekarang ada yang sampai 12 x 8 Meter.

“Wis pokoke sekarang, besar-besaran panggung mas. Main lighting (lampu) juga diperhatikan betul. Lakon cerita digarap serius, karena generasi sepuh kadang masih melihat pakem alurnya,” ujar Subaggio.

Pemain Keprukan

Selain menambah personil emban, pihaknya juga memperbarui adegan-adegan yang disukai masyarakat, seperti pemain laga keprukan dan menambah dekor hewan.

Untuk membuat hewan seperti gajah, minimal butuh biaya Rp 6 Jutaan, sedangkan ular sekira Rp 2 Jutaan.

“Kalau pemain kepruk biasanya mereka sudah punya gabungan sendiri-sendiri, nggak gabung satu group saja. Group A misalnya, tinggal kontak. Nanti group B punya gabungan sendiri. Khusus dekor hewan, di Rembang sudah banyak yang bisa, kalau dulu ya pesan di Solo,” bebernya.

Dari sisi waktu pementasan kethoprak, menurut Subaggio sekarang dipercepat, mulai pukul delapan malam dan selesai mendekati pukul 02.30 dini hari.

“Biar nggak kasihan anak-anak sekolah kalau nonton. Monggo, yang ingin mendatangkan group kethoprak kami, bisa hubungi nomor WA saya di 0895 3772 43813,” pungkas Subaggio. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan