

Sulang – 10 desa akan berkumpul di Joglo Taman Kampung Sudhoku pinggir embung Desa Sudo Kecamatan Sulang, untuk menggelar pentas seni budaya yang bertajuk “Temu 10 Desa, Glagah Tulak”, pada hari Minggu (28/01).
10 desa tersebut meliputi Desa Sekarsari, Pelemsari, Sumber, Krikilan, Megulung, Desa Kedungasem Kecamatan Sumber, kemudian Desa Ketangi Kecamatan Pamotan, Desa Sudo dan Tanjung Kecamatan Sulang, serta Desa Pondokrejo Kecamatan Bulu.
Salah satu penggagas acara dari Desa Sekarsari, Ahmad Zaenuri menjelaskan awalnya 10 desa tersebut mengikuti sebuah event dalam rangka Pekan Kebudayaan Nasional di Lombok NTB.
Setelah itu, mereka sepakat melanjutkan eksistensi kegiatan, untuk melestarikan seni budaya dengan mengangkat potensi dari desa masing-masing.
“Pertama kita njagong di Pelemsari, kemudian kita ngomong-ngomong lagi, gimana kalau buat acara. Setelah itu, dipilihlah Sudo sebagai tempat kegiatan,” tuturnya, Jum’at (26 Januari 2024).
Soal biaya, menurut Zaenuri dilakukan secara swadaya/patungan. Menurutnya yang terpenting 10 desa ini saling bahu membahu, bahwa dari kampung pun bisa memberikan sumbangsih untuk kemajuan seni budaya.
“Kadang kampung itu kan dipandang sebelah mata ya. Kalau soal anggaran itu memang perlu, tapi semangat kerukunan dan gotong royong yang paling diutamakan,” kata Zaenuri.
Sementara itu, Pranghono pegiat budaya di Desa Sudo Kecamatan Sulang mengaku senang kampungnya menjadi tuan rumah.
“Tentu kami sangat antusias sekali menyambut event ini,” ungkapnya.
Pranghono berharap jejaring 10 desa tetap solid, sekaligus menjaga komitmen melestarikan seni budaya.
“Tidak hanya berhenti di sini, tapi bagaimana kedepan tetap eksis, syukur jaringan ke desa lain semakin luas,” imbuh Pranghono.
Pranghono menambahkan sepanjang hari Minggu (28 Januari 2024), dari pukul sembilan pagi hingga sebelas malam, akan digelar banyak pentas, mulai dari Rebana megulungan, campursari cah mboleyong, tari orek-orek kedungasem, tong tong lek pondokrejo, musik akustik, penampilan sanggar tari selayur, seni tari gondhoriyo, seni barongan kridho mandiro, wayang bayu dan ditutup dengan limbukan.
“Jadwal acara kalau ditotal 14 jam mas. Monggo masyarakat bisa hadir berbondong-bongdong ke sini menyaksikan, sambil menikmati keindahan Embung Banyukuwung Sudo,” ucapnya.
Pranghono juga memperinci filosofi Glagah Tulak. Glagah Tulak merupakan jenis tanaman yang banyak tumbuh di Desa Sudo, warga setempat menamakannya Plumpung. Tanaman ini kerap dipercaya berkhasiat sebagai tolak bala’ dan ramuan obat.
“Banyak warga luar desa sering mencari tanaman tersebut, konon untuk menghalau santet atau tenung mas. Kita ambil filosofi Glagah Tulak sebagai akar rumput untuk kebudayaan di Rembang, semoga akar ini tumbuh menguat di kalangan pegiat kampung,” pungkas Pranghono. (Musyafa Musa).