Rembang – Lahan di Kabupaten Rembang potensial untuk pengembangan buah Alpukat, termasuk Alpukat Aligator dan sejenisnya yang belakangan ini menjadi trend. Dengan pohon setinggi 3 – 4 Meter, sudah bisa berbuah.
Kepala Dinas Pertanian Dan Pangan Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto menjelaskan budidaya Alpukat masih bisa dilakukan di lahan dataran rendah kawasan pesisir.
Namun untuk hasil yang lebih bagus, berada di daerah pegunungan, seperti Kecamatan Lasem, Kragan, Sale dan Kecamatan Bulu.
“Produksinya lebih bagus di daerah pegunungan, namun tidak menutup kemungkinan dataran rendah juga kita jumpai bisa berbuah, dengan produksi relatif lebih sedikit,” ungkapnya, Senin (04 Desember 2023).
Khusus Alpukat varietas Aligator, Kendhil, Pluwang maupun varietas jumbo lainnya, ternyata beberapa lokasi juga cocok. Ia mencontohkan di wilayah Kecamatan Sale, sudah menunjukkan hasil lumayan bagus.
“Ada pak Tigor di Desa Sale Kecamatan Sale yang mengembangkan, berbuah bagus di sana,” terang Agus Iwan.
Agus mendorong petani mengoptimalkan lahan yang menganggur, sehingga menjadi lebih berdaya. Mengingat Alpukat jumbo ini memiliki pangsa pasar yang layak diandalkan.
Berdasarkan hitungan instansinya, jumlah pohon Alpukat di Kabupaten Rembang sebanyak 2.130.
Rata-rata 1 pohon Alpukat menghasilan buah 200 – 300 Kg setiap tahun.
“Tergantung varietasnya juga ya, kalau Aligator relatif tinggi. Kami berharap Alpukat akan menjadi tanaman pilihan petani, disamping buah Mangga yang lebih dulu eksis di Kabupaten Rembang. Harganya juga prospektif,” pungkasnya.
Untuk mendapatkan bibit tanaman Alpukat kelas jumbo, sudah banyak pemasok yang siap melayani di Jawa Tengah. Harganya per batang, pada kisaran Rp 30 – 50 Ribu, tergantung besar kecilnya bibit pohon. (Musyafa Musa).