Kampanye Gerakan Penghijauan, Ditengah Pelatihan
Pelatihan jurnalistik diawali dengan penanaman pohon di SMP N 3 Lasem. (Foto atas) Peserta jurnalistik di SMP N 2 Pancur dan pemateri foto bareng, seusai pelatihan, Kamis (19/10).
Pelatihan jurnalistik diawali dengan penanaman pohon di SMP N 3 Lasem. (Foto atas) Peserta jurnalistik di SMP N 2 Pancur dan pemateri foto bareng, seusai pelatihan, Kamis (19/10).

Pancur – Ilmu jurnalistik bagi para pelajar tidak hanya terpakai pada masa saat ini, tetapi juga bekal untuk jangka panjang.

Kepala SMP N 2 Pancur, Chrismastuti menjelaskan hal itu ketika membuka pelatihan jurnalistik di sekolah setempat, bekerja sama dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Rembang, hari Kamis (19/10).

Menurut Chrismastuti, kalaupun ilmu jurnalistik tidak terpakai sekarang, bisa saja nantinya bermanfaat di kemudian hari.

“Bu, saya nggak jadi wartawan kok, masih sekolah. Tidak sekarang, tapi nanti, waktunya masih panjang sekali. Namanya ilmu, tidak akan habis,” tuturnya.

Hanya saja di sekolah, ilmu jurnalistik erat berkaitan dengan sejumlah mata pelajaran, terutama Bahasa Indonesia. Ia mengajak kesempatan pelatihan jurnalistik dapat dioptimalkan. Dari sisi bagaimana menulis yang baik, sekaligus mengembangkan pengetahuan dalam bermedia sosial.

“Kalian merupakan siswa pilihan dari masing-masing kelas, nggak semua ikut. Kesempatan biasanya nggak datang dua kali, apalagi kalian sedang berproses. Kali ini anak-anak bisa belajar menulis, belajar menjadi wartawan, untuk pengembangan diri. Tidak cukup dari bapak ibu guru,” imbuh Chrismastuti.

Selain berlangsung di SMP N 2 Pancur, pelatihan jurnalistik juga digelar di SMP N 3 Lasem. Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Rembang, Musyafa menjelaskan pihaknya lebih mengutamakan sekolah-sekolah di daerah pinggiran, untuk memberikan bekal ketrampilan menulis berita dan mengemas video kepada para pelajar.

Musyafa menimpali pihaknya juga menyisipkan kegiatan penanaman pohon, sebelum pelatihan, untuk mengkampanyekan gerakan penghijauan.

“Kami memang lebih mengutamakan sekolah-sekolah di pelosok pedesaan, ketimbang sekolah di perkotaan. Ini merupakan bagian komitmen kami untuk sekolah-sekolah pinggiran, agar kami bisa berjumpa dengan mereka dan berbagi ilmu,” terangnya. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan