Pilih Mana ?? Guru Layaknya Sopir Dan Pemain Layang-Layang, Filosofi Yang Saling Bertolak Belakang
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah III Jawa Tengah, Sugiyanto saat mengunjungi SMA N 3 Rembang, belum lama ini.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah III Jawa Tengah, Sugiyanto saat mengunjungi SMA N 3 Rembang, belum lama ini.

Rembang – Ada dua macam guru, yang memiliki filosofi saling bertolak belakang.

Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah III Jawa Tengah, Sugiyanto menyampaikan hal itu, saat berkunjung ke SMA N 3 Rembang, belum lama ini.

Sugiyanto menyebut guru layaknya sopir dan guru ibarat pemain layang-layang. Kalau guru sebagai sopir, siswa tidak boleh bertanya.

“Ada tulisan dilarang bicara dengan sopir. Kalau ada siswa bertanya, guru tidak boleh. Bolak balik takon wae, “ ungkapnya.

Selain itu, penumpang umumnya duduk di belakang sopir, sebagai simbol guru tidak mau disaingi oleh muridnya.

“Kalau guru seperti sopir, tidak ingin anak-anak kita lebih hebat daripada gurunya. (Hanya ibarat, bukan untuk menyudutkan profesi sopir-Red), “ kata Sugiyanto.

Sugiyanto kemudian membeberkan filosofi guru layaknya pemain layang-layang. Begitu mendapatkan murid (simbol dari layang-layang-Red), guru merasa senang. Setelah itu layang-layang diterbangkan.

“Semakin tinggi terbangnya, guru akan semakin bahagia, “ terangnya.

Ketika layang-layang akan jatuh, ditarik lagi supaya bisa kembali terbang tinggi.

“Guru tidak ingin siswanya jatuh, apalagi ke tempat yang tidak baik. Ketika putus pun tidak ada rasa penyesalan, karena sudah memberikan yang terbaik untuk layang-layang, “ tandasnya.

Di tengah pemberlakuan kurikulum merdeka, Sugiyanto yang sehari-hari berkantor di Kota Pati ini mendorong guru mampu berperan layaknya menjadi pemain layang-layang.

Yang jauh lebih penting lagi, anak ditanamkan etika tata krama dan sopan santun, untuk memperkuat pendidikan karakter. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *