

Sumber – Joko Soesilo, warga Dusun Keso Desa Tlogotunggal Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang, dulunya memiliki kisah pahit pengalaman hidup.
Ia sempat tercebur pada lingkungan preman Ibu Kota, kemudian masuk ke lingkaran tindak kejahatan judi, bisnis kayu gelap, hingga terjerembab pada pengaruh Sabu-Sabu. Dinginnya bui, beberapa kali dirasakan.
“Saya lulus SMA tahun 1997 ke Jakarta, proyekan berbaur dengan banyak preman di sana. Pernah daftar 3 kali TNI/Polri nggak diterima, mungkin Tuhan tidak kasih jalan di situ. Karena pekerjaan kala itu sulit, akhirnya jadi bandar judi (303). Anak buah saya ya banyak, hampir seratusan lah, “ kenangnya.
Setelah pulang ke Rembang, atas dorongan sang ayah, Joko masuk menjadi Caleg dan ikut Pemilu tahun 2009. Ia terpilih sebagai anggota DPRD, meski kurang begitu memahami dunia politik. Kebiasaan lamanya pun masih belum ditinggalkan, termasuk pengaruh obat terlarang. Hingga akhirnya muncul peristiwa penting yang menjadi titik balik hidupnya.
Saat dalam kondisi over dosis, tak sadarkan diri akibat terlalu banyak mengkonsumsi obat terlarang, Joko terlintas pesan dari sang ayahanda, Almarhum Abdul Ghoni, kalau menjadi DPRD, bersungguh-sungguhlah. Sejak tahun 2012, ia masih ingat betul, kebiasaan merokok, minum Miras, Nyabu dan hal-hal buruk lain, akhirnya semua ditinggalkan.
“Saya hampir mati, karena terlalu banyak makai. Sama temen-temen, tapi makainya di luar Rembang. Kembali lagi, pesan bapak saya yang menyadarkan, “ imbuh Joko.
Pasca ayahnya meninggal dunia, ia menekuni usaha bidang kontraktor, melanjutkan jejak ayahnya, dengan mengembangkan 3 CV, berkantor di Abdul Ghoni Family, pinggir jalan raya Sendangagung – Gunungsari Kecamatan Kaliori.
“Banyak kenangan dengan bapak saya yang sulit terlupakan. Beliau kasih bimbingan, hingga menjelang akhir hayatnya, “ ungkapnya.
Joko membuktikan sebagai pemborong lokal serius mengemban kepercayaan dan mampu menunjukkan tidak kalah dengan kontraktor dari luar daerah. Ia tak bekerja sendiri, karena didukung tenaga-tenaga berkompeten.
“Kalau menang lelang di jalan, saya punya tim yang ahli di jalan, kemudian embung ada sendiri. Semua dikerjakan orang berkompeten, jadi nggak asal-asalan. Alhamdulillah sejauh ini lancar mas, “ terang Joko.
Lebih lanjut pria lulusan SMP N I Sumber dan SMA N 3 Rembang yang tubuhnya penuh tato ini, mengungkapkan keinginannya untuk menghapus tato. Bahkan sudah mencari pihak-pihak di Rembang, yang bisa menghapus tato.
“Kesadaran sendiri mas, malu juga sama usia dan anak. Saya kira laser untuk menghapus, nggak akan sesakit saat dulu buat tato pakai jarum, saya siap, “ tandas Joko.
Ia juga memberikan pesan khusus, terutama kepada kalangan generasi muda, sebaiknya jangan mentato tubuh, daripada menyesal di kemudian hari.
“Soalnya anak muda itu dikasih tahu seperti apapun, kalau belum nyoba dan tahu sendiri, pasti tetep mbandel. Perasaan menyesal suatu saat akan datang, buktinya saya. Makanya saya mengajak bagi yang mau nato tubuh, jangan. Kalau tetap nekat, ya harus siap konsekuensi, “ pungkasnya.
Disela-sela kesibukan menangani proyek, untuk mengisi waktu luangnya, Joko menyibukkan diri dengan cara berolahraga. Ngegym, lari, trabas naik motor trail dan main sepak bola, menurutnya efektif untuk menyalurkan tenaga ke arah yang positif.
“Kalau sudah pegang barbel, main bola kumpul sama temen-temen, enak rasanya mas. Kalau trabas biasanya Minggu pagi, sore buat keluarga, “ ucapnya semangat.
Joko yang sudah menginjak usia 44 tahun ini, ingin kedepan hidupnya bisa lebih bermanfaat untuk keluarga dan orang lain. (Musyafa Musa).