Rembang – Zaman boleh saja berganti, tapi motor trail tua tetap disanjung dan tak mau pindah ke lain hati. Cieee…Hmmm…Hmmm. Yah begitulah setidaknya yang dirasakan oleh anggota komunitas Geng Trail Tua (GTT) Rembang. Kenapa tak tertarik dengan motor trail masa kini dan bagaimana aktivitas mereka ? Yukk, kita intip bareng-bareng.
Salah satu pentholan Geng Trail Tua (GTT), Eko Hadi Wibowo menceritakan anggota komunitas pecinta motor trail tua di Kabupaten Rembang berjumlah sekira 20 an orang. Tapi belakangan ini yang masih aktif “menjelajah bareng” 14 orang. Rata-rata mereka menunggangi motor di bawah tahun pembuatan 1980 an.
Berawal dari hobi sama, suka dengan sesuatu yang kuno atau antik. Begitu merasakan sensasi beda saat mengendarai sepeda motor trail tua, akhirnya ketagihan sampai sekarang. Yang membedakan dengan motor trail keluaran baru, berada pada kekuatan cc nya. Menurutnya, cc trail tua kurang dari 150, sedangkan trail sekarang di atas 150.
“Naik motor trail tua, sensasinya lain mas. Nggak sekedar larinya kenceng seperti trail zaman sekarang. Tapi unsur uniknya dapet. Kalau motor trail tua, kebanyakan 2 tak, sedangkan trail sekarang mayoritas kan 4 tak, cc nya besar-besar pula, “ ungkapnya.
Pria warga Desa Kebonagung (Bencili-Red), Kecamatan Sulang tersebut menambahkan ketika berkumpul pada hari Minggu, ia bersama rekan-rekannya sering menjelajah ke destinasi-destinasi alam di Kabupaten Rembang, yang selama ini belum familiar. Kebanyakan sasarannya kawasan perbukitan. Begitu sampai, mereka foto-foto keindahan alam, kemudian disebarkan melalui media sosial. Tujuannya, untuk merangsang warga lain, supaya tertarik ikut berkunjung ke tempat tersebut.
“Banyak tempat yang belum kami kunjungi. Soalnya kan dua Minggu sekali, baru jalan. Kita ingin mengeksplore keindahan alam di Kabupaten Rembang, siapa tahu menjadi destinasi wisata yang kelak bisa diunggulkan. Kami pernah datang ke Kedung Semar Bulu, kita juga pernah babat alas di air terjun Grenjeng dan air terjun Gowak Lasem, “ imbuhnya.
Hadi Wibowo mengisahkan sudah 3 tahun memiliki motor trail tua. Meski harga jualnya lumayan tinggi, berkisar antara Rp 15 sampai dengan Rp 30 Juta, tergantung tingkat originalitasnya, namun pria yang berprofesi sebagai guru di SMK N I Rembang ini tak ingin menjual motornya, yang sudah dianggap layaknya teman setia atau bahkan isteri kedua. (Musyafa Musa).