Sulang – Teror hama ulat bulu di Kabupaten Rembang, meresahkan masyarakat. Selain mengganggu pengguna jalan, ulat bulu juga memasuki perumahan penduduk.
Teror hama ulat bulu ini terjadi di sejumlah ruas jalan. Salah satunya di jalan penghubung antara Desa Sulang menuju Desa Karangharjo, Kecamatan Sulang. Di kanan kiri jalur tersebut, berderet pohon jati yang daunnya ludes dimakan ulat bulu. Ulat pun bergelantungan, nyaris memenuhi badan jalan.
Kondisi ini mengganggu pengguna jalan, terutama pengendara sepeda motor. Bahkan sejumlah pengendara motor wanita berulang kali berhenti, karena pakaian yang mereka kenakan ternyata banyak menempel ulat bulu. Suara jerit ketakutan tak terhindarkan lagi, karena merasa jijik dan geli.
Aini Hardiyanto, seorang pengendara motor warga Desa Karangharjo mengaku pulang dari pasar. Ia tak ada pilihan lain, kecuali harus nekat lewat jalur Sulang – Karangharjo, meski tahu banyak ulat menghadang. Selain karena lebih dekat, di jalur alternatif lain juga tak terbebas dari serbuan ulat.
“Waduh mas, saya sendiri teriak – teriak histeris di tengah jalan. Orang sini sudah bisa nebak, pasti karena ulat. Lha gimana nggak, wong ulat kok segitu banyaknya nempel. Kalau takut sich nggak ya, tapi geli gitu lho, “ tutur Aini.
Tidak hanya mengganggu kenyamanan pemakai jalan, ulat bulu juga menyatroni perkampungan penduduk di Desa Jatimudo dan Desa Sulang, tepatnya belakang Bank BRI. Ulat merayap di dinding rumah warga maupun mushola, yang berdekatan dengan pohon jati.
Satyo, seorang warga Desa Jatimudo mengatakan serangan ulat bulu seperti ini biasanya muncul saat memasuki musim penghujan. Ia menganggap sebagai hal biasa dan tidak perlu dilakukan pembasmian.
“Ini sudah sekira 5 harinan, kalau merayap di dinding sama lantai rumah, paling cuman disapu. Tapi yang sudah terlanjur takut, biasanya para wanita, rasanya tetap merinding, bahkan ada yang ngungsi ke rumah saudara kok, “ ungkapnya.
Menurutnya, fenomena ulat bulu diprediksi tidak akan bertahan lama. Perkiraan seminggu lagi sudah usai, seiring dengan siklus alami ulat yang kemudian berubah menjadi kepompong. (Musyafa Musa).