Kasus Pelecehan Seksual, Dewan Pendidikan Kantongi Data Mengejutkan
Pengurus Dewan Pendidikan Kabupaten Rembang mendatangi SMPN I Sale. (gambar atas) Sejumlah pelajar SMP N I Sale usai olahraga, Kamis pagi.
Pengurus Dewan Pendidikan Kabupaten Rembang mendatangi SMPN I Sale. (gambar atas) Sejumlah pelajar SMP N I Sale usai olahraga, Kamis pagi.

Sale – Dewan Pendidikan Kabupaten Rembang, meminta pihak SMP N I Sale, untuk memperketat perekrutan guru honorer baru, pasca kejadian pelecehan seksual belasan murid wanita yang diduga melibatkan oknum guru olahraga berinisial AW di sekolah tersebut.

Hal itu disampaikan ketika pengurus Dewan Pendidikan Kabupaten Rembang, mengunjungi SMP N I Sale, Kamis (04 Oktober 2018). Dewan Pendidikan bersama dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kabupaten Rembang, menggelar pertemuan dengan kepala sekolah selama 1 jam lebih.

Usai pertemuan, Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Rembang, Ahmad Sururi menjelaskan sekolah perlu meminta masukan dari komite sekolah, sebelum menerima guru. Diharapkan memperoleh sosok yang tepat dan berkompeten, sekaligus menghindari peristiwa serupa terulang kembali.

Selain itu, kedatangan Dewan Pendidikan juga ingin memastikan kondisi para pelajar perempuan tetap fokus mengikuti proses belajar mengajar. Sururi berharap mereka tidak merasakan trauma akibat kasus pelecehan seksual. Informasi yang diterima cukup mengejutkan, sekira 18 anak pernah mendapatkan perlakuan tidak semestinya dari oknum guru AW. Namun belakangan yang serius melapor ke Polres Rembang tinggal 1 orang.

“Kami nggak ingin muncul traumatik di kalangan anak. Apalagi sampai dibully hingga prestasinya merosot. Kemudian sekolah kami harapkan lebih aktif berkomunikasi dengan komite sekolah. Soal proses hukum, kita serahkan pada keluarga korban dan penanganan kepolisian, “ kata Sururi.

Sementara itu, Kepala SMP N I Sale, Sapto Edi Kurniawanto menanggapi pihaknya sudah mengambil langkah – langkah penanganan pasca kejadian tersebut. Kali pertama menonaktifkan oknum guru olahraga. Setelah itu memulihkan trauma para pelajar supaya tidak berdampak pada beban psikologis mereka.

“Membuat konsep pasca kejadian, ada semacam model terapi kepada anak. Tujuannya anak – anak menghilangkan ingatan buruk itu. Kayak recovery, agar sekolah terasa nyaman dan menyenangkan. Soal berapa jumlah korban, biar polisi yang nantinya menyelidiki, “ ujarnya.

Sapto menyadari ada kekurangan tenaga guru olahraga di sekolahnya. Saat ini tinggal 1 orang, sedangkan untuk menunjang pembelajaran dibantu 1 guru olahraga freelance, bantuan dari alumni SMP N I Sale.

“Kebetulan ada alumni yang mumpuni, sementara kami ambil menjadi tenaga freelance. Memang ada yang melamar, tapi tidak kami terima, “ imbuh Sapto.

Kasus pelecehan seksual di SMP N I Sale mencuat ketika ada siswi kelas IX berusia 14 tahun dipegang – pegang dadanya oleh oknum guru AW. Setelah dilaporkan polisi, korban – korban lainnya bermunculan, mengaku pernah mengalami kejadian serupa. Oknum guru olahraga yang bermukim di Desa Mrayun, Kecamatan Sale dan kebetulan berdekatan dengan lokasi sekolah, saat ini dikabarkan sudah tidak berada di rumah. Yang bersangkutan menghilang, begitu kasus pelecehan seksual ramai menjadi konsumsi publik. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan