Rembang – 75 putra putri dari berbagai sekolah menengah di Kabupaten Rembang ditempa fisik dan mentalnya di kawasan Alun – Alun Rembang. Mereka disiapkan untuk menjadi pasukan pengibar bendera (Paskibra) tingkat Kabupaten Rembang, saat peringatan HUT kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus mendatang.
Lina Novianti, seorang anggota Paskibra mengaku senang bisa terpilih, mewakili sekolahnya SMA N I Rembang. Selain mengenal banyak teman baru, dirinya menjadi memahami tata cara baris berbaris yang benar. Meski dari pagi sampai siang, kekuatan fisik digembleng, tapi bagi Lina merupakan pengalaman berharga.
“Fisiknya jadi lebih bagus, karena lari muter alun – alun, pagi 3 kali dan siang 3 kali lagi. Pada awalnya baris berbaris agak susah, tapi lama kelamaan menjadi tahu seperti apa yang benar, “ ujar Lina.
Instruktur Paskibra dari Kodim Rembang, Pelda Suwarsono menuturkan pihaknya berusaha menanamkan kepada anggota Paskibra berupa kedisiplinan, rasa nasionalisme, dan kebersamaan. Sejak tanggal 25 Juli, proses latihan dimulai, per hari selesai pukul 11.30 WIB. Nantinya membutuhkan total waktu selama 3 Minggu. Minggu pertama fokus pada tahap dasar, Minggu kedua pemilahan dan Minggu ketiga menggabungkan kekompakan antar kelompok, saat mengibarkan bendera.
“Jadi yang awal – awal ini menyamakan langkah tegap, masuk tahap dasar. Ketika pemilahan nanti, dibagi kelompok 17, 8 dan 45. Saat terakhir, barulah memantapkan persiapan seluruh formasi, “ bebernya.
Anggota TNI warga Desa Gedangan, Rembang ini menambahkan khusus tahap pemilahan, yang paling dicermati adalah ketika memilih kelompok 8. Mereka akan menjadi fokus perhatian masyarakat dan tamu undangan, karena bertugas mengibarkan bendera. Menurutnya, kelompok 8 dipilih dari peserta terbaik.
“Semua memiliki peran penting. Tapi untuk kelompok 8 ini menjadi perhatian. Yang kita pilih, kategorinya tinggi badan memenuhi syarat, minimal 165 centi meter, fisik mumpuni dan baris berbarisnya bagus. Jadi benar – benar kita pilih yang terbaik, “ imbuhnya.
Selama latihan Paskibra, semangat kedisiplinan menjadi pathokan utama. Semisal ada yang terlambat datang atau melanggar tata tertib, pasti akan menerima sanksi fisik. Pelda Suwarsono menekankan cara itu semata – mata demi menanamkan rasa tanggung jawab. (MJ – 81).