

Rembang – Petugas pemadam kebakaran Pemkab Rembang mengamankan 4 ekor ular piton dan 1 ekor ular cobra Jawa.
Ular piton dievakuasi dari Desa Segoromulyo Kecamatan Pamotan, kemudian tiga lainnya baru pada Senin malam (21/04), tersebar di Desa Pomahan Kecamatan Sulang, Desa Panohan Kecamatan Gunem dan Desa Sumurpule Kecamatan Kragan.
Sedangkan ular cobra dievakuasi dari Desa Ketanggi Rembang.
M. Surikin, salah satu komandan regu Damkar BPBD Rembang mengatakan pihaknya menghubungi petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah yang berkantor di Blora, untuk mengamankan lima ular tersebut.
“Yang besar, ukuran 3,5 dan 4 Meter, dari Panohan dan Sumurpule. Kalau kelamaan disimpan di sini, soalnya beresiko juga, takut lepas mas. Makanya kita hubungi BKSDA,” terangnya.
Surikin mengimbau masyarakat yang menjumpai ular seperti itu, bisa menghubungi petugas Damkar.
“Tapi pergerakan ular harus tetap dipantau dari jarak aman, sambil menunggu petugas datang,” kata Surikin.
Ular cobra Jawa memiliki karakter menyemburkan bisa. Kalau terkena mata, dapat mengakibatkan kebutaan. Begitu pula jika menggigit, rentan berujung kematian. Khusus piton, memiliki kekuatan saat membelit mangsa.
Tapi begitu ular piton buang air kecil atau buang air besar, cenderung mulai melemah.
Petugas BKSDA tiba di posko Damkar Rembang pada hari Selasa (22 April 2025).
Kepala Resort Konservasi Wilayah Blora BKSDA Jawa Tengah, Budi Santoso menuturkan kelima ular selanjutnya dilepaskan ke habitat asli, di hutan cagar alam daerah Cabak Kabupaten Blora.
“Tentu jauh dari permukiman penduduk. Soalnya kalau nggak di habitat asli, khawatir ada korban, ini kan satwa liar. Apalagi ular besar, bisa memangsa sasaran yang ukurannya besar juga,” ujarnya.
Budi menambahkan cakupan BKSDA Wilayah Blora meliputi Kabupaten Blora, Rembang dan Grobogan.
“Kita tetap mengimbau masyarakat yang menemukan ular cobra maupun piton, jangan langsung dimatikan. Sebaiknya hubungi petugas terkait. Bagaimanapun ular memiliki hak hidup juga, untuk menjaga keseimbangan rantai makanan dan ekosistem,” pungkas Budi. (Musyafa Musa).