

Makkah – Ada perbedaan mencolok ketika Kota Makkah sudah ditinggalkan para jemaah haji pulang ke negara masing-masing, saat musim haji tahun 2023 selesai.
Jika semula hilir mudik jemaah haji mengenakan pakaian ihram, terlihat ramai jalan kaki di berbagai lokasi maupun memadati tempat-tempat perberbelanjaan, namun kini suasananya jauh lebih sepi.
Hanya lalu lalang mobil yang cukup ramai, selalu menjadi pemandangan khas jalanan di Kota Makkah. Petugas haji sendiri mendapatkan jadwal pulang belakangan, setelah dipastikan seluruh jemaah kembali ke tanah air.
Sore itu, 25 Juli 2023, saya bersama seluruh petugas haji sektor khusus (Seksus) Masjidil Haram, berkumpul di aula salah satu hotel, untuk menghadiri acara perpisahan. Ada do’a bersama, tausiyah, sambutan dan diakhiri menyanyikan lagu Padamu Negeri.
“Saya mengucapkan terima kasih atas kerja keras temen-temen selama ini melayani para tamu Allah dan mohon maaf kalau saya dalam mengkoordinir rekan-rekan, ada kesalahan,” ujar Kepala Seksus Masjidil Haram, Slamet Budiono.
Setelah itu, Kepala Seksus Masjidil Haram membagikan satu per satu kain surban, sebagai kenang-kenangan. Acara kemudian dilanjutkan dengan makan bersama dan foto-foto.
Nah..di sinilah suasana haru mulai muncul, karena anggota setiap tim saling berpamitan. Kebanyakan mereka rata-rata berbeda daerah. Bahkan sejumlah personil wanita tampak saling berpelukan, sambil menyeka air mata.
“Sedih, karena harus berpisah dengan rekan satu tim yang hampir dua bulan bersama-sama. Lebih sedih lagi, kita akan meninggalkan tanah suci,” ungkap seorang petugas haji dari Jakarta.
Suasana haru pun mereda, taktala kita menunaikan ibadah sholat Maghrib berjamaah.

Tawaf Wada
Rabu 26 Juli 2023 sekira pukul 12.00 siang waktu Arab Saudi, saya melakukan Tawaf Wada (tawaf perpisahan) sebagai pertanda akan segera meninggalkan Kota Makkah.
Seusai tawaf, saya cium Ka’bah, lalu sepuasnya berdo’a di Hijr Ismail, sebelah utara Ka’bah yang bentuknya melengkung setengah lingkaran. Hijr Ismail adalah salah satu tempat mustajab untuk berdo’a.
Hijr Ismail dulunya merupakan tempat berteduh Nabi Ibrahim, ketika membangun Ka’bah.
Saya mendapatkan pengalaman tak terduga saat berdiri di pinggiran tembok Hijr Ismail. Pada waktu berdo’a, tiba-tiba ada seorang petugas dari dalam area Hijr Ismail, memberikan sebuah tasbih dan spontan saya ambil.
“You, you,” kata petugas memberikan tasbih menunjuk ke arah saya, sambil berlalu pergi.
Tasbih kecil tersebut hingga saat ini masih saya simpan. Usai Tawaf Wada, selanjutnya saya berganti pakaian dan persiapan menuju bandara, untuk pulang ke Indonesia.
Proses di bandara tidak memakan waktu terlalu lama. Pemeriksaan juga tidak begitu ketat. Hanya saja tas-tas besar barang bawaan yang dianggap rawan sobek, wajib diwrap dulu ke loket khusus. Biayanya rata-rata 50 – 100 Real (Rp 200 – 400 Ribu), tergantung besar kecilnya tas.
Pada tulisan terakhir nanti, akan saya kisahkan perjuangan membawa air zam-zam dan cerita penerbangan pulang ke Indonesia. (Musyafa Musa).