Catatan Petugas Haji (07) : Jemaah Terus Menangis Dan Tak Ingin Melepas Tangan Petugas
Jemaah haji Indonesia ini terus memegangi tangan petugas haji, seakan-akan tidak mau ditinggal.
Jemaah haji Indonesia ini terus memegangi tangan petugas haji, seakan-akan tidak mau ditinggal.

Makkah – Awal-awal bertugas di lantai 2 jalur Sa’i (Shafa – Marwah) kawasan Masjidil Haram, membantu jemaah haji yang terpisah dari rombongannya dan menolong jemaah kelelahan, menjadi aktivitas pokok.

Siang itu, 06 Juni 2023, kami yang tergabung di Tim 3 mendengar suara tangisan jemaah haji Indonesia di ujung Bukit Marwah. Pria berusia lanjut yang duduk di kursi roda tersebut, tak henti-hentinya menangis.

Tampak pria Arab sebagai petugas pendorong kursi roda juga kebingungan, karena tak bisa berkomunikasi, akibat kendala beda bahasa.

Saat kami mendekat, jemaah yang menangis buru-buru langsung menarik lengan salah satu petugas, KH Abdullah Faishol. Suara tangisannya semakin kencang, sehingga sempat menyedot perhatian jemaah haji dari negara lain.

Jemaah ini enggan melepaskan pegangan tangan petugas haji. Saat kami bertanya, yang bersangkutan sama sekali tak menjawab. Responnya hanya geleng-geleng kepala sambil menangis dan tidak mau ditinggal.

Diduga ia juga tidak paham dengan bahasa Indonesia. Petugas lainnya, Chusnul Khotimah mencoba mendeteksi kartu dan gelang jemaah dengan menggunakan aplikasi Haji Pintar.

Belum sempat kita mengambil langkah penanganan, tiba-tiba datang sejumlah jemaah yang menyampaikan kenal dengan bapak tersebut dan kebetulan tinggal satu hotel.

“Itu pun saat diajak pulang bersama, bapak yang menangis masih saja memegang lengan saya, sampai di pintu keluar. Hingga akhirnya ia baru menyadari ada rekannya, sehingga menjadi lebih tenang,” kata Abdullah Fashol.

Jangan Lupa Bawa Gunting

Selain menolong jemaah ketinggalan dari rombongan, kami juga selalu membawa gunting kecil yang diselipkan ke dalam tas. Gunting kita beli di toko dekat hotel menginap, harganya 7 Real (Rp 28 Ribu). Kalau bawa dari Indonesia, biasanya akan kena “razia” petugas di bandara.

Soalnya, setelah Sa’i selesai, sering ditemukan banyak jemaah haji Indonesia bingung mencari gunting untuk tahalul (memotong rambut). Ternyata keberadaan petugas haji membawa gunting, sangat bermanfaat.

Sebenarnya, anak-anak muda Arab juga menerobos masuk di sekitar pintu keluar Marwah, menawarkan jasa sewa gunting. Tapi mereka sering ditertibkan oleh polisi Arab Saudi, karena dianggap mengganggu jemaah dan menambah suasana semrawut.

“Ada rekan saya jemaah yang kemarin nuruti anak-anak tersebut. Tahunya dimintain uang 10 Real atau setara Rp 40 Ribu, untuk potong rambut. Habis itu, ya beli gunting sendiri dari toko sekitar hotel. Jadi kalau umroh sunnah, nggak susah-susah lagi nyari gunting,” kata seorang jemaah dari Riau.

Setelah tulisan ini, saya akan berbagi kisah tentang kuota internet dan bagaimana menu makanan selama bertugas di tanah suci. Kira-kira seperti apa ya ?? (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan