

Sarang – Kepala Desa Karangmangu, Camat Sarang dan Wakil Bupati Rembang angkat bicara, terkait polemik sedekah laut akan menggelar pentas dangdut Adella dari Jawa Timur, yang menimbulkan pro kontra di kalangan nelayan dan tokoh-tokoh ulama.
Kepala Desa Karangmangu, Jumali menjelaskan sedekah laut di kampungnya akan berlangsung tanggal 05 – 09 Maret 2023.
Banyak kegiatan digelar, kombinasi dari religi, bakti sosial maupun hiburan masyarakat. Disamping sebagai sarana hiburan, menurutnya sedekah laut juga untuk menambah pendapatan ekonomi, terutama sektor usaha kecil menengah.
“Ada 8 agenda, termasuk santunan, sholawatan, kethoprak, jambean, pathol Sarang, bhakti sosial, bersih-bersih dan dangdutan, “ tuturnya.
Ia berharap kalau ada pihak-pihak yang merasa keberatan dengan pentas dangdut, bisa dikomunikasikan sejak awal, sehingga tidak memicu kesalahpahaman.
“Hal-hal semacam ini dari awal kita bisa komunikasi. Misal kalau ada yang keberatan dengan dangdut, komunikasi dengan pemerintah desa, supaya bisa dijembatani dan ada forum diskusinya, “ kata Jumali.
Jumali menambahkan dari masyarakat nelayan pun sebenarnya sepakat untuk menekan kemaksiyatan, ketika berlangsung pentas dangdut. Tapi mungkin cara pendekatan dan metode penyampaian bisa dilakukan secara pelan-pelan.
“Dulu tradisi sedekah laut, ada sesaji, karungan masih ada, tapi sekarang alhamdulillah sudah nggak ada. Nelayan ingin merubah diri pelan-pelan. Kita pakai metode yang pas, bicara dengan nelayan bagaimana, itu yang penting, “ imbuhnya.
Sementara itu Camat Sarang, Nasaton Rofiq menjelaskan pentas dangdut kelas lokal Kabupaten Rembang, izin biasanya ditangani langsung oleh Polsek.
Namun ketika sudah mendatangkan group dangdut sekelas Adella, menjadi kewenangan Polres Rembang untuk menerbitkan izin.
Soal pentas dangdut semacam itu, apakah boleh berlangsung khusus siang hari saja atau malam pun boleh, nantinya dari Pemkab Rembang akan komunikasi lebih lanjut dengan Polres.
Ia menyebut masalah komunikasi menjadi hal penting, untuk bersama-sama mencari solusi.
“Muda-mudahan ada hikmahnya, kedepan mari kita harus ada komunikasi yang baik. Bapak-bapak terkait juga sudah mendengar tuntutan kalangan nelayan, “ ungkapnya.
Nasaton menambahkan kedepan pihaknya juga siap menjembatani pertemuan-pertemuan antara kalangan nelayan dan ulama, sehingga komunikasi akan lebih cair.
“Tujuannya ketika ada masalah dirembug, dicarikan titik temunya seperti apa, biar Kecamatan Sarang tetap kondusif, “ pungkas Camat.
Wakil Bupati Rembang, M. Hanies Cholil Barro’ yang hadir di Kantor Kecamatan Sarang, untuk menghadiri Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) menyampaikan tuntutan nelayan akan dikaji bersama pihak terkait.
“Perlu kajian lebih mendalam lagi, kita akan koordinasi dengan aparat Polres, pak Bupati yang hari ini berhalangan hadir. Harusnya dijadwalkan hadir di sini, saya di Sluke, beliau ada acara ke Semarang, sehingga saya harus ke sini. Tentu akan kita sampaikan dan koordinasikan lagi. Yang penting kita sehat semua, kondusif, semuanya tenang, “ kata Gus Hanies.
Sebagaimana diberitakan, ratusan orang mengatasnamakan Gabungan Paguyuban Nelayan Sarang menggelar aksi demo di Kantor Kecamatan Sarang, Selasa pagi (28/02).
Masalah bermula dari rencana pentas dangdut Adella untuk memeriahkan sedekah laut Desa Karangmangu dibatalkan, karena terkendala izin kepolisian. Peserta aksi menduga ada pihak lain yang mengintervensi.
Massa terpantau ada pula dari sejumlah desa di luar Karangmangu, lantaran khawatir kelak ketika mengajukan izin pentas dangdut sedekah laut, akan mengalami hal yang sama. Setelah mendapatkan penjelasan, warga kemudian membubarkan diri dengan tertib. (Musyafa Musa).