Pamotan – Sekolah SMP N I Pamotan, Kabupaten Rembang, Jawa tengah memiliki cara menarik, untuk memperhatikan nasib pegawai tidak tetap (PTT) maupun guru tidak tetap (GTT) yang gajinya masih minim.
Isteri dari pegawai tidak tetap diberikan keleluasaan untuk mengelola kantin. Tiap 1 orang tukang kebun maupun penjaga malam, mendapatkan jatah 1 kantin. Langkah tersebut supaya bisa menambah penghasilan mereka, sehingga tidak memicu kesenjangan terlalu jauh dengan pegawai negeri.
Fatimah salah satunya. Warga Dusun Tajen Desa Pamotan ini mengatakan suaminya bekerja sebagai tukang kebun di SMP N I Pamotan, dengan penghasilan pas-pasan.
Ia membuka kantin sejak tahun 2010 silam. Kalau kondisi ramai, sehari bisa mengantongi pendapatan bersih rata-rata Rp 100 Ribu. Menurut Fatimah cukup lumayan, untuk membantu ekonomi keluarganya.
“Kadang kan jam istirahat 2 kali atau sekali. Kalau istirahatnya 2 kali, ya lumayan mas. Suami saya belum diangkat pegawai negeri, ini masih proses ikut seleksi PPPK, “ kata Fatimah.
Kepala Sekolah SMP N I Pamotan, Sutrisno menjelaskan di sekolahnya terdapat 6 buah kantin, tergabung dalam Kantin Stupa Mitra Barokah. Stupa kepanjangan SMP I Pamotan.
Masing-masing kantin dikelola oleh isteri pegawai tidak tetap. Meski suami mereka gajinya minim, tapi merasa nyaman bekerja, setelah ada tambahan dari aktivitas membuka kantin.
“Sejauh ini lancar, mereka sangat senang dan nggak ada rencana keluar, meski jadi PTT. Kantin memang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan PTT, termasuk tukang kebun dan penjaga malam, “ terangnya.
Sutrisno menambahkan bagi guru tidak tetap yang belum kebagian mengelola kantin, pihaknya juga mendirikan Paguyuban Wirausaha SMP N I Pamotan (PWS) Mart, yang di dalamnya melayani berbagai macam usaha.
Hasil keuntungannya, untuk menambah gaji Guru Tidak Tetap dan memberikan layanan voucer jajan gratis bagi siswa yatim dan siswa tidak mampu. (Musyafa Musa).