Sulang – Para peternak ayam petelur di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah kebanjiran order, setelah harga telur melejit.
Bahkan mereka sampai harus menolak pembeli, karena telur sudah terlanjur dipesan oleh pengepul lain. Menyusul belakangan ini penjual telur dadakan semakin banyak.
Di kandang ayam petelur pinggir Jl. Rembang – Blora Desa Kemadu Kecamatan Sulang misalnya. Pekerja mempercepat waktu pengambilan telur, karena sudah ditunggu para pengepul, untuk dijual kembali.
Nanang Juanto, seorang pekerja kandang ayam mengaku merawat 1.500 ekor ayam, dengan menghasilkan hampir seribu telur setiap hari.
Ia menilai kondisi cuaca seperti sekarang ideal untuk ayam bertelur. Jika pergantian musim atau curah hujan tinggi, biasanya jumlah telur berkurang.
“Bagusnya ya kemarau begini ini. Kalau hujan, pergantian musim kurang bagus. Kita harus berani njamu ayam, biar badannya hangat terus, “ ungkap Nanang.
Menurutnya, dengan jumlah ayam sebanyak itu, ia menghabiskan pakan ternak senilai Rp 350 Ribu per hari.
“Jadi kalau dibandingkan antara pengeluaran dengan pendapatan, perkiraan 50 % – 50 %, “ imbuhnya.
Nanang menambahkan harga telur di tingkat peternak mencapai Rp 27.500 per Kg, sedangkan sampai ke tingkat konsumen menembus hingga Rp 31 Ribu per Kg.
Ia menduga harga pakan ternak yang mahal, menjadi salah satu faktor pemicu kenaikan harga. Disamping, pengaruh permintaan konsumen meningkat.
“Kemarin itu juga pernah harga di tingkat peternak sampai Rp 30 Ribu per Kg. Kalau penyebab pastinya, saya kurang tahu ya, kita tinggal mengikuti info sesama peternak dan situasi pasar, “ terang Nanang.
Bagi peternak sendiri, kenaikan harga telur berdampak positif, karena penghasilan bisa meningkat sekira 20 % dari hari biasanya.
Jika nantinya harga turun, ia berharap jangan terlalu drastis, mengingat kebutuhan pakan ternak menyedot pengeluaran paling besar saat ini. (Musyafa Musa).