Rembang – Potensi turun hujan di wilayah Kabupaten Rembang, diramalkan akan sampai akhir bulan Juli 2022 ini. Kondisi tersebut berdampak ke sejumlah sektor, termasuk kerawanan bencana.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rembang, Sri “Anjar” Jarwati menuturkan fenomena belakangan ini terjadi seharian panas terik, kemudian setelah itu turun hujan sangat deras, disertai angin dan petir.
“Ini namanya bencana hidro meteorologi. Di Kabupaten Rembang, diprediksi sampai akhir bulan Juli ini, tapi intensitas hujan kian menurun, “ ujarnya, Kamis (07 Juli 2022).
Bahkan mengutip keterangan dari pihak BMKG, terdapat sebagian daerah di Pulau Jawa yang kemungkinan tidak mengalami musim kemarau tahun ini.
Ia menegaskan ada musim kemarau atau tidak, BPBD Rembang tetap mengalokasikan dana untuk droping air bersih ke desa-desa rawan kekeringan pada saat musim kemarau. Tahun 2022, dianggarkan sebesar Rp 50 Juta.
“Seandainya kok nanti nggak dipakai droping air, anggaran tersebut kan bisa digeser. Jadi kita tunggu situasi cuaca seperti apa, “ terang Anjar.
Sri “Anjar” Jarwati menimpali efek anomali cuaca mengakibatkan petani tembakau kelimpungan, lantaran banyak tanaman mati akibat terendam air.
Begitu pula petani tebu kesulitan memanen, karena jalur yang dilewati armada truk tergenang air, sehingga tak bisa melintas membawa muatan berat.
“Saat kunjungan ke desa-desa, petani ya tanya ini gimana bu. Sebenarnya masa ini transisi dari penghujan ke kemarau, tapi kok masih hujan terus, “ ucapnya.
BPBD Rembang berencana mendatangkan petugas Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG) ke Rembang, guna membedah persoalan cuaca, langsung dari narasumber yang berkompeten. Jika tidak ada perubahan jadwal, akan berlangsung pada tanggal 19 Juli 2022.
“Yang kita undang pak Camat, Kapolsek, Danramil, kemudian paguyuban Kades dan ketua organisasi relawan, nanti di lantai IV Gedung Setda. Biar hasilnya disampaikan kepada masyarakat, “ tandasnya.
Meski sekarang hujan bersifat sporadis, ia tetap mengimbau masyarakat di daerah rawan bencana selalu waspada. Dengan kesiapsiagaan, diharapkan tak ada korban manakala terjadi bencana alam. (Musyafa Musa).