PMK Lampaui 4 Ribu Kasus, Rencana Isolasi Kandang Terpusat Dibatalkan
Petugas di Kabupaten Rembang mengecek sapi yang terkena PMK, belum lama ini.
Petugas di Kabupaten Rembang mengecek sapi yang terkena PMK, belum lama ini.

Rembang – Setelah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak sapi menyebar cepat di Kabupaten Rembang hingga 4 ribu kasus lebih, sempat muncul wacana kandang isolasi terpusat.

Anggota Komisi II Bidang Ekonomi DPRD Rembang, Agus Sutrisno menilai kandang terpusat untuk menampung sapi-sapi terpapar PMK membutuhkan anggaran sangat besar.

Ia menyarankan diisolasi di kandang ternak masing-masing pemilik saja, sambil dilakukan perawatan, melalui pemberian vitamin dan vaksin.

“Saya kira itu yang paling mudah dan murah, diisolasi di kandang masing-masing. Tapi memang peternak yo kudu rodo sabar, namanya juga lagi pandemi. Soalnya kalau kandang terpusat ya bisa saja, cuman butuh daya dukung yang lebih besar, “ ungkpanya, Jum’at (24/06).

Selain itu, Agus menyarankan lalu lintas keluar masuk ternak di tingkat desa dan kecamatan diperketat, guna menekan penyebaran. Utamanya bagi kecamatan-kecamatan yang tingkat serangan PMK tergolong tinggi.

“Misalnya Kecamatan Rembang Kota dan Kecamatan Kaliori yang termasuk banyak ya. Jadi butuh partisipasi berbagai kalangan, ya peternaknya, ya pemerintah desa. Kalau nggak ada kerja sama, rawan berkepanjangan. Sambil program vaksinasi dapat terus didorong, “ kata Ketua PKS Kabupaten Rembang ini.

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Pertanian Dan Pangan Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto menuturkan pihaknya sempat berencana memfungsikan kandang di belakang Mapolsek Sulang menjadi kandang terpusat untuk ternak sapi yang terkena PMK.

Namun setelah dihitung anggaran dan efektivitas, akhirnya wacana tersebut dibatalkan.

“Kita pertimbangkan dari anggaran pemindahan, perawatan ternak di situ sampai sembuh menjadi sangat besar biayanya, sehingga tidak mungkin hal itu dilakukan, “ ujarnya.

Agus Iwan menimpali isolasi di kandang peternak dan tingkat desa sebagai langkah tepat. Apabila di sebuah kandang ada sapi terindikasi PMK, segera dipisah dengan ternak lain.

Itupun sebenarnya peternak masih banyak menghadapi kendala keterbatasan tempat, sehingga penularan PMK sulit dicegah.

“Peternak ketika tahu sapinya kena PMK, rata-rata hanya dikasih sekat saja dengan sapi lain. Padahal penularan ini bisa lewat udara, secara langsung maupun tidak langsung. Ini yang jadi cepat penularannya, “ imbuh Agus Iwan.

Jika melihat data sebaran 5 besar penyakit mulut dan kuku (PMK), Kecamatan Kaliori menduduki peringkat tertinggi dengan total 781 kasus (sisa kasus 660), kemudian disusul Kecamatan Sedan, Rembang, Sarang dan Kecamatan Sale. Sedangkan terendah ditempati Kecamatan Lasem hanya 8 kasus (sisa kasus 6). (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan