Subhanallah!! Fenomena Apa Lagi Ini, Lewat Tengah Malam Sudah Ramai Berdatangan
Antrian warga dan jirigen kosong di depan Toko Rene Rembang, Minggu dini hari (10/04).
Antrian warga dan jirigen kosong di depan Toko Rene Rembang, Minggu dini hari (10/04).

Rembang – Antrian minyak goreng curah di Kabupaten Rembang semakin tak terbendung. Bahkan warga sudah rela antri sejak lewat tengah malam, sebelum toko buka. Antrian jirigen kosong pun, semakin ramai menjelang Subuh.

Kondisi itu terjadi di depan Toko Rene, Jl. Slamet Riyadi sebelah selatan Pasar Rembang, Minggu dini hari (10 April 2022).

Seorang warga yang antri minyak goreng, Wahyuni mengaku saat datang seusai Subuh, antrian sudah mencapai kisaran 200 jirigen lebih.

“Banyak bakul sama anak buahnya, jadi ya bejo-bejonan. Ada yang dapat, ada yang nggak, “ ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Dan UKM Kabupaten Rembang, Mohammad Mahfudz menjelaskan di wilayahnya terdapat 3 titik distributor minyak goreng, yang menerima pasokan dari distributor pertama di Semarang dan Solo.

Ketiga distributor tersebut, masing-masing Toko Rene Rembang, CV Inti Bumi Manis Lasem dan 1 lainnya di Lasem.

“Kami menyebut mereka sebagai distributor dua, sedangkan distributor 1 adalah pemasok dari Solo dan Semarang, “ ungkapnya.

Mahfudz mengakui pasokan minyak goreng dari produsen ke distributor pertama masih belum mencukupi, sehingga imbasnya dirasakan distributor kedua yang berada di Kabupaten Rembang.

Namun jika dibandingkan dengan Minggu lalu, pengiriman minyak goreng Minggu ini sudah mulai bertambah. Tak hanya Kabupaten Rembang, kesulitan serupa juga merata di daerah lain.

“Jika sebelumnya rata-rata 10 ton, sekarang sudah 2 – 3 kali lipat pengiriman di setiap titik distributor di Kabupaten Rembang. Informasi ini kami peroleh saat rapat koordinasi (Rakor) pekan ini, “ terang Mahfudz.

Berdasarkan hasil pantauan antrian minyak goreng, kebanyakan didominasi oleh pedagang (pengecer), UMKM dan pelaku industri rumahan. Untuk kalangan rumah tangga, tergolong jarang.

Yang menjadi masalah saat ini, distributor menjual minyak goreng dengan harga Rp 15.500 per Kg (sesuai arahan pemerintah). Tapi pengecer diduga menjual minyak goreng kepada konsumen rata-rata mencapai Rp 20 Ribu per Kg.

Padahal Kementerian Perindustrian sudah menggariskan penjualan minyak goreng dari pengecer, diberi toleransi keuntungan Rp 1.100 dari angka Rp 15.500 (harga kulakan-Red).

“Harusnya kalau pengecer menjual Rp 16.600 atau maksimal 17 Ribu lah, itu sudah maksimal. Tapi karena menjualnya sampai Rp 20 Ribu, sehingga dengan keuntungan cukup lumayan, memicu antrian sangat panjang, “ kata Mahfudz.

Masalah ini yang nantinya akan terus disosialisasikan kepada masyarakat, utamanya para pengecer. Mahfudz memastikan tim gabungan termasuk dari kepolisian akan ikut bergerak, untuk melakukan penertiban. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan