Gunem – Kawasan perbukitan Gunung Butak di sekitar Desa Dowan – Suntri Kecamatan Gunem dan Desa Bitingan Kecamatan Sale, kini semakin berkembang menjadi pusat beraneka ragam durian unggul.
Di dataran tinggi yang juga terkenal dengan makam penyebar agama Islam Ki Ageng Jati Kusumo itu, kian banyak kebun durian yang dikelola secara perorangan.
Salah satunya milik Kamaludin (48 tahun), warga Desa Suntri Kecamatan Gunem. Ia menceritakan mulai serius menanam durian tahun 2018 lalu, jumlahnya saat ini sudah lebih dari 100 pohon.
Kebetulan memilih bibit tanaman yang sudah agak tinggi, per batang harganya Rp 350 Ribu, sehingga lebih cepat. Menginjak usia 3 tahun, sudah mulai berbuah.
“Saya nggak pakai pupuk kimia, paling cuma pakai daun-daun kering saya taruh di bawah pohon, menjelang musim penghujan, “ ungkapnya, Kamis (24 Februari 2022).
Untuk kendalanya lebih pada masalah air, apalagi lokasi lahan berada di puncak Gunung Butak. Dirinya harus membuat tandon air menggunakan kain terpal, supaya ketersediaan air tercukupi.
“Yang sudah berbuah untuk durian lokal, kira-kira 20 an pohon, tapi untuk yang jenis montong baru 5 – 6 pohon, “ imbuhnya.
Kamaludin menambahkan curah hujan tinggi tidak terlalu berpengaruh terhadap kelangsungan buah durian. Namun jika saat musim penghujan, kemudian panas dan diselingi turun hujan lagi, biasanya akan muncul trubus-trubus daun.
Kondisi semacam itu rawan mengakibatkan kualitas buah durian anjlok dan rasanya kerap kali tidak enak.
“Sudah hampir pasti itu mas, karena asupan makanan yang seharusnya untuk buah, malah dipakai daun (trubus-Red), “ beber Kamaludin.
Meski tergolong sebagai pemain baru dalam dunia durian, namun hasil panen dari kebun milik Kamaludin ini sempat menjadi juara 1, ketika berlangsung lomba durian yang digelar oleh Dinas Pertanian Dan Pangan Kabupaten Rembang, beberapa waktu lalu.
“Saat saya kali pertama nanam durian, ya banyak yang mencemooh. Nanam kok durian, lha kapan panennya, nggak jelas. Tapi alhamdulillah sekarang sudah ada hasil, untuk pendapatan hariannya. Nggak perlu susah-susah memasarkan, sudah ada tengkulak yang datang, “ pungkasnya. (Musyafa Musa).