Rembang – Belakangan ini mulai beredar nama-nama desa di Kabupaten Rembang yang dimungkinkan akan terkena proyek jalan tol antara Demak – Tuban. Tercatat ada 47 desa, menyebar di 7 kecamatan.
Dari Kecamatan Kaliori, meliputi Desa Meteseh, Wiroto, Sidomulyo, Banggi, Kuangsan, Gunungsari dan Desa Sendangagung.
Kecamatan Sumber, terdiri dari Desa Bogorejo, Kedungasem dan Tlogotunggal.
Kecamatan Sulang, diantaranya Desa Karangsari, Seren, Pragu, Pedak, Kebonagung, Landoh dan Desa Kerep.
Kecamatan Rembang Kota, meliputi Desa Kedungrejo, Turusgede, Kumendung dan Sridadi.
Kecamatan Pamotan termasuk paling banyak, yakni Desa Segoromulyo, Sendangagung, Ketangi, Gegersimo, Kepohagung, Tempaling, Japerejo, Ringin, Sidorejo, Samaran, Sumbangrejo, Pamotan dan Desa Bangunrejo.
Kecamatan Sedan meliputi Desa Pacing, Ngulahan, Karas, Sedan, Sidomulyo, Sidorejo dan Desa Karangasem.
Selanjutnya Kecamatan Sarang, dimungkinkan Desa Bonjor, Gilis, Jambangan, Lodan Wetan, Pelang dan Desa Sampung.
Sekretaris Desa Bogorejo Kecamatan Sumber, Agus Iswanto ketika diminta tanggapannya menduga lokasi yang terkena jalan tol berada di lahan pertanian paling utara.
Titik itu masih ikut Desa Bogorejo, namun status kepemilikan tanah kebanyakan warga desa lain.
“Mungkin ini yang membuat warga desa kami masih tenang-tenang saja. Pertama, mungkin belum tahu atau kedua karena tanah di sana, rata-rata milik warga di luar Bogorejo, “ tuturnya.
Agus menimpali sejauh ini belum ada survei atau spekulan yang berupaya membeli tanah. Yang jelas kalau untuk program pemerintah, umumnya masyarakat akan mendukung.
“Kalau untuk kelancaran transportasi, tetap mendukung, “ imbuh Agus.
Kepala Desa Pragu Kecamatan Sulang, Ahmad Subhan mengakui peta lokasi yang diperkirakan terkena jalan tol, sebatas diketahui dari group WA maupun media sosial. Menurutnya, belum ada kejelasan secara pasti.
Tapi ia memprediksi, kalaupun tanah Desa Pragu ada yang kena, bisa jadi di titik perbatasan dengan Desa Ngadem dan Sendangagung.
“Di utara pojok sana mas, kemungkinan lho ya, “ terangnya.
Masyarakat sendiri hanya sebatas membicarakan rencana jalan tol, saat mereka ngopi di warung. Kalau melihat respon warga, kebanyakan menyambut positif, karena konon kabarnya bisa mendapatkan banyak uang dari hasil jual beli tanah.
“Kan pernah dengar, kalau ada proyek tol dapat uang banyak. Kelihatannya ya seneng, “ kata Subhan.
Seorang petani yang mempunyai lahan di sebelah selatan Desa Ngadem, Rembang, Joko Suyono justru tidak setuju dengan adanya proyek jalan tol. Ia beralasan lahan pertanian akan semakin berkurang, sehingga berdampak terhadap hasil produksi pangan.
Meski demikian kalau masih tetap kena, ia terpaksa akan melepaskan tanahnya.
“Ya mau nggak mau dilepas, apa boleh buat. Tapi kalau saya pribadi, sangat-sangat tidak mendukung. Mikirnya kedepan. Sawah saya ini setahun panen padi 2 kali, palawija sekali, terhitung produktif. Kalau bisa, jalur tolnya dialihkan ke lahan yang nggak produktif, “ ujar Joko.
Sementara itu, Bupati Rembang, Abdul Hafidz menanggapi nama-nama desa yang sudah beredar tersebut, sifatnya belum pasti. Ia menilai masih tahap survei awal atau semacam penjajakan.
“Nama-nama yang sudah beredar itu belum pasti, baru tahap penjajakan, “ ucap Bupati.
Hafidz membenarkan layout jalurnya memang sudah ada, sebagai bagian dari studi lapangan. Soal kapan mulai pembebasan lahan dan pengerjaan, masih harus menunggu.
“Ini kan rencana strategis pemerintah tahun 2035 – 2039. Tapi bisa saja dipercepat, karena pemerintah ingin konektivitas antar daerah dan antar pulau bisa menyambung, “ tandasnya.
Dalam forum konsultasi publik pembangunan jalan tol Demak – Tuban di Pendopo Kantor Kecamatan Rembang, hari Kamis (10 Februari 2022), dari pihak Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat juga belum mengungkap titik-titik jalur secara ditail.
Mengingat akan ada tahapan lagi berupa desain teknis, ditandai dengan turunnya tim ke lapangan. Konsultasi publik lanjutan juga akan digelar kembali. (Musyafa Musa).