Sale – Sungai Jakinah di Desa Gading, Kecamatan Sale, Kabupaten Rembang, posisinya dekat hutan yang masih cukup lebat.
Meski demikian hampir setiap saat ada lalu lalang warga yang melintas, terutama dari dan menuju lahan garapan di kawasan persil Perhutani. Kalau malam pun, pengendara sepeda motor kerap melewati Sungai Jakinah, untuk beragam keperluan. Umumnya mereka para pemburu belalang.
Nah..di Jakinah yang jauh dari permukiman penduduk, hanya terdapat 3 bangunan, meliputi instalasi pengolahan air PDAM, sebuah kantor pengairan dan sebuah warung. Kok bisa ada warung di tempat seperti itu??
Sang pemilik warung, Lasmini ternyata sudah 18 tahun membuka warung di sebelah barat Sungai Jakinah.
Lasmini mengaku berawal dari suaminya kala itu membantu menaikkan pengangkutan kayu, ada yang menyarankan untuk membuka warung.
“Bapak-bapak Perhutani bilang, kalau ada yang sewaktu-waktu beli apa gitu, nggak terlalu jauh, “ ujar Lasmini dengan berbahasa Jawa.
Menempati lahan tak bertuan yang diuruk oleh suaminya, kemudian jadilah warung dan bertahan sampai sekarang. Ia menjajakan aneka makanan dan minuman dari pukul 09.00 pagi sampai dengan empat sore.
“Kalau malam nggak saya tempati. Dulu saat suami saya masih, ya sering tidur sini kalau malam, “ imbuhnya.
Pengunjung warungnya kebanyakan warga yang datang menikmati keasrian alam di sekitar Sungai Jakinah. Mereka setelah mandi, kemudian membeli makan dan minum.
“Kadang ada rombongan sepeda dari mana gitu, ngopi di sini. Atau habis cari rumput dari hutan, warga istirahat di sini dulu, “ beber Lasmini.
Meski penghasilan tidak menentu, karena posisi warungnya “tak lazim”, namun wanita berusia hampir 70 tahun ini sudah menganggap Sungai Jakinah merupakan rumah kedua. Rumah kedua yang membantu perekonomiannya, ketika kini memasuki usia senja.
“Kadang dapat Rp 30 ribu, pas ramai lebih dari itu atau kadang sepi sekali, ya semua di syukuri saja, “ pungkasnya. (Musyafa Musa).