Antisipasi Lonjakan Penebusan Pupuk Subsidi, Diterbitkan Kuota Sementara
Sebuah armada truk mengangkut pupuk bersubsidi, akan disetor ke tingkat kios pupuk.
Sebuah armada truk mengangkut pupuk bersubsidi, akan disetor ke tingkat kios pupuk.

Rembang – Selama tahun 2021, jatah pupuk subsidi terutama Urea tidak terserap 100 % oleh para petani di Kabupaten Rembang. Salah satu penyebabnya adalah curah hujan tergolong masih rendah.

Kepala Dinas Pertanian Dan Pangan Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto mengatakan dari total 20 ribuan ton Urea, diperkirakan 5 – 10 % tidak terserap. Sempat muncul harapan ketika bulan Desember kemarin, penebusan pupuk akan meningkat. Namun ternyata di sebagian kecamatan, curah hujannnya rendah, mengakibatkan belum bisa menanam padi.

Soal ketentuan menebus pupuk, Agus menyebut tetap menggunakan Kartu Tani. Hanya saja untuk Kartu Tani yang rusak atau belum tercetak, pihaknya bisa memfasilitasi rekomendasi penebusan, selama sudah terdaftar dalam rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK).

“Sisa pupuk tahun 2021 tidak bisa diakumulasikan ke tahun 2022. Kita selalu ajukan tambahan pupuk, tapi pemerintah pusat ada kecenderungan mengurangi, “ tuturnya.

Agus Iwan memprediksi bulan Januari 2022 menjadi masa paling banyak petani membutuhkan pupuk. Hingga hari Kamis (06 Januari 2022), kuota pupuk secara resmi belum turun. Namun hal itu sudah diantisipasi melalui kuota pupuk sementara, untuk memperlancar distribusi pupuk pada awal-awal tahun seperti sekarang.

“Masa tanam pertama di awal Januari 2022 ini, penebusan agak besar. Kami sudah ada komunikasi dengan pihak provinsi Jawa Tengah dan sudah disiapkan skemanya. Kuota sementara sudah diterbitkan untuk pegangan distributor dan kios yang melayani, “ imbuh Agus Iwan.

Menyangkut kuota pupuk 2022, menurutnya ada perubahan administrasi. Di tingkat pusat harus persetujuan Presiden, di tingkat Provinsi Jawa Tengah persetujuan Gubernur dan begitu pula Kabupaten wajib disetujui Bupati. Padahal sebelumnya, cukup pada tataran Menteri dan kepala dinas.

Sementara itu, seorang petani di Kecamatan Kaliori, Rohmat menganggap pengurangan kuota pupuk bersubsidi, memang mengkhawatirkan. Namun kalau hal itu sudah menjadi kebijakan pemerintah, petani harus bersiap-siap beralih dengan memperbanyak pemakaian pupuk organik.

“Mau nggak mau harus begitu. Pupuk Urea bersubsidi dibatasi, peluangnya ya organik. Konsekuensinya, kita harus sabar, soalnya tetap pengaruh pada pertumbuhan tanaman. Itu menurut saya lho ya. Pakai organik, sing penting sabar, yakin, “ ungkapnya. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan