Kecintaannya Dengan Pramuka, Membuat Angkringan Ini Terasa Berbeda
Rudy Wijayanto berada di angkringan miliknya, sebelah timur Kantor Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang.
Rudy Wijayanto berada di angkringan miliknya, sebelah timur Kantor Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang.

Sarang – Angkringan yang satu ini terasa berbeda, jika dibandingkan dengan angkringan-angkringan lain pada umumnya.

Bukan dari sisi menu yang dijajakan, tetapi bagaimana cara penjualnya berpakaian, karena sang penjual mengenakan seragam Pramuka lengkap.

Yah..namanya Angkringan Tunas Kelapa, berada di pinggir jalur Pantura Semarang – Surabaya, tepatnya di sebelah timur Kantor Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang.

Penjual sekaligus pemilik angkringan, Rudy Wijayanto mengisahkan dulu saat awal berdiri dinamakan Angkringan Cikal. Kala itu diprakarsai ia dan 2 orang temannya. Namun lantaran sepi pembeli, kemudian akhirnya terhenti.

“Jadi Angkringan Cikal sempat stop berjualan, “ ungkapnya, Rabu (15/12).

Di tengah situasi masih pandemi Covid-19, tepatnya 5 bulan silam, ia berpikir bagaimana supaya roda ekonomi tetap berputar, Rudy memberanikan dengan modal sendiri yang pas-pasan, melanjutkan angkringan tersebut dengan nama baru, Angkringan Tunas Kelapa Kak Rudy. Tanpa ia sangka, angkringan lama kelamaan mulai ramai pembeli.

“Rata-rata pembeli adalah mahasiswa STAI Al Anwar atau para santri yang mondok di Al Anwar 3, “ beber Rudy.

Pria berusia 37 tahun warga Desa Kalipang, Kecamatan Sarang ini menambahkan pada hari-hari tertentu memakai kostum seragam Pramuka, saat berjualan di angkringan.

“Pembeli yang datang ke sini bilang wah kok unik, pakai seragam Pramuka. Apalagi anak-anak sekolah yang kebetulan anggota Pramuka, jadinya ikut seneng mereka, “ imbuhnya tertawa.

Rudy Wijayanto mengakui sejak masih duduk di bangku SMA, sudah senang dengan gerakan Pramuka. Setelah lulus pun, masih aktif dengan bergabung di Unit Bantuan Pertolongan Pramuka (Ubaloka).

Termasuk ketika membuka angkringan, juga dinamakan Tunas Kelapa, sebagai bentuk rasa cintanya terhadap Pramuka.

“Semangat di diri saya ini memang tidak bisa dilepaskan dari Pramuka mas, “ ucapnya.

Lalu bagaimana kalau ada peristiwa mendadak yang membutuhkan tenaganya untuk misi pertolongan ? Rudy selaku pegiat sosial menyebut kebetulan memiliki 2 pekerja yang membantu di angkringan miliknya.

“Jadi sewaktu-waktu ada kegiatan misi kemanusiaan, saya tetap bisa berangkat dan angkringan masih bisa jalan. Ada 2 pekerja yang kebetulan anak Pramuka juga, bantu di sini, “ terang Rudy.

Baginya, dalam setiap menekuni sebuah profesi, jangan memandang jenis pekerjaan apa. Namun yang penting halal dan memperoleh rezeki barokah.

“Jangan pernah malu kerja apa, yang penting halal, “ tandasnya.

Rudy yang biasa membuka angkringan sampai dini hari ini kerap memanfaatkan waktu untuk ngobrol dengan para pembeli, tentang berbagai hal, utamanya masalah-masalah sosial.

“Ya jualan, ya saling berbagi informasi, “ pungkas Rudy. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan