Sluke – Dua petak lahan pertanian ini sungguh sangat menarik. Meski lokasinya berada persis di pinggir laut, namun mampu ditanami padi setahun 3 kali.
Bahkan tidak pernah berhenti sepanjang tahun, termasuk musim kemarau panjang sekalipun, dikala banyak lahan kering kerontang akibat kesulitan air.
Yah..sawah yang berada di pinggir jalur Pantura Semarang – Surabaya tersebut, ikut wilayah Desa Jatisari, Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Saya penasaran, sebenarnya apa rahasia petani pemilik lahan, sehingga sukses menyulap sawah pinggir laut menjadi sawah yang sangat produktif.
Hari Kamis (09 Desember 2021), saya bertemu langsung dengan Sumarsono, usia 72 tahun, sang pemilik sawah yang menularkan semangat pantang menyerah.
Sumarsono mengatakan semua berkat kuasa Tuhan. Ia mengisahkan membuat sumur bor dengan kedalaman 80 an Meter yang titiknya di pinggir laut. Ketika gelombang pasang, sumur bor sering tertutup ombak.
Tapi ternyata air sumur bor yang dihasilkan cukup besar dan rasanya benar-benar tawar. Nah..di sinilah keunikannya.
“Ya saya nggak tahu, kenapa kok bisa sebagus itu airnya. Padahal di pinggir laut. Semua Tuhan yang mengatur, “ kata Sumarsono.
Air sumur bor kemudian disedot dan dialirkan menggunakan pipa menuju 2 petak sawahnya. Untuk mengairi tanaman padi, tidak pernah kekurangan. Sehabis panen padi, lahan langsung diolah, ditanami padi lagi dan begitu seterusnya.
Berbagai macam kendala dihadapi, tak menyurutkan semangatnya.
“Pokoknya non stop mas. Terus saja saya tanami padi, lha airnya alhamdulilah nggak pernah kekurangan, “ imbuhnya.
Pria pensiunan pegawai negeri yang punya 2 anak ini menambahkan sekali panen, rata-rata menghasilkan 40 sak gabah. Baginya, sebuah kenikmatan luar biasa, karena keluarganya selama ini tidak pernah membeli beras.
“Dari proses tanam, perawatan hingga panen, saya libatkan pekerja terus. Kalau ditanya antara pemasukan dan pengeluaran, mungkin impas atau bahkan rugi. Tapi di balik itu, hati saya merasa ayem (tenang-red), “ ungkapnya tertawa.
Sementara itu, Koordinator Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Sluke, Marsam mengatakan desa-desa di pinggir pantai Kecamatan Sluke, umumnya memiliki kekayaan air bawah tanah yang berlimpah.
Potensi ini kemudian ditangkap oleh sebagian petani untuk mengoptimalkan sumur bor, sebagai sarana pengairan. Hasil ubinan, per hektar bisa panen 8,1 ton. Daerahnya pun surplus gabah, sekaligus mampu menyuplai kebutuhan beras kecamatan lain.
“Khusus Jatisari ini dekat dengan laut, tapi cocok untuk budidaya padi. Petani juga semakin pinter memanfaatkan potensi air bawah tanah. Di Desa Sluke saja, lebih dari 400 titik sumur bor sekarang. Jadi bukan dari saluran irigasi, padi di sini panen 3 kali setahun, karena sumur bor, “ terang Marsam.
Pihak Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Sluke mengapresiasi semangat bertani yang ditularkan oleh Sumarsono. Semangat itu layak dicontoh, terutama bagi petani-petani muda. (Musyafa Musa).