

Rembang – Berawal dari ikut saudaranya bekerja di tempat percetakan seusai lulus SMA, pria ini memiliki semangat yang luar biasa, hingga akhirnya boleh dikata menjadi miliarder di usia relatif masih muda.
Sosoknya sederhana, senang memakai kaos oblong, bersarung atau celana pendek. Karena terdorong rasa penasaran, saya hari Jum’at (06 Agustus 2021) mengunjungi pria berusia 34 tahun tersebut, yang menurut saya akan menularkan semangat inspiratif dengan cerita perjuangannya meraih sukses.
Namanya Sukono, ia asli Desa Sumberagung, Kecamatan Jaken, Kabupaten Pati, namun sudah lama menetap di Desa Kasreman, Rembang. Pria alumni SMA N II Rembang ini tak sempat kuliah, karena keterbatasan biaya.
Lulus SMA tahun 2005 silam, ia memilih bekerja selama setahun di tempat percetakan milik pamannya, Sawahan Gang Palen (Sagalen). Tahun 2006 kemudian mencoba keliling-keliling sendiri, untuk mencari order. Kala itu naik bus dari 1 lokasi ke lokasi lain, karena belum mempunyai sepeda motor.
Bahkan tempat usaha atau kantor percetakan juga belum punya. Sifatnya, ketika order masuk, ia bekerja sama dengan tempat percetakan yang sudah memiliki mesin, untuk mengerjakan pesanan.
“Jangankan mesin, kantor saja belum punya waktu itu. Sifatnya jasa saja, kalau ada orderan, saya kerja sama dengan rekan di Kudus, Solo atau Jogja yang sudah punya mesin, “ kenangnya.
Barulah pada tahun 2011, Sukono membuka percetakan Selecta Grafika di sebuah ruko kecil menempati tanah sewaan, pinggir Jalan Dr. Sutomo. Hanya dengan 1 orang karyawan. Sedangkan tenaga teknis dan marketing, masih dijalankan sendiri.
“1 orang karyawan itu tetangga saya sendiri, “ imbuh Sukono.
Lambat laun usahanya semakin berkembang, hingga mampu membangun kantor berlantai III di Jl. Dr Sutomo Rembang. Bahkan saat ini sudah memiliki 14 cabang, paling jauh di Lamongan – Jawa Timur dan Boja, Kabupaten Kendal.
“Pertama punya cabang di tahun 2014, saya buka di Blora, “ ucapnya.
Ia membenarkan perjuangan menekuni usaha percetakan memang luar biasa, karena membutuhkan modal sangat besar. Termasuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM), agar usaha bisa eksis berjalan.
“Mesin cetaknya mahal mas, ratusan Juta hingga miliaran, tergantung spesifikasi. Belum lagi listrik, kemudian SDM yang paling penting. Kalau operator digital printing 1 bulan diajari mungkin sudah bisa, tapi untuk operator yang offset butuh bertahun-tahun untuk menyelami mesin, “ imbuh Sukono.
Sukono masih ingat betul ketika merintis usaha, sempat ada pelanggan memesan dengan nilai puluhan juta rupiah. Senang karena dapat order besar, susah gara-gara tak ada modal. Ia harus berhutang kesana kemari.
“Sekarang semakin besar ya semakin banyak hutang mas. Itu kalau saya lho ya, nggak tahu kalau yang lain, “ katanya tertawa.
Pria tiga anak ini menyadari percetakan merupakan usaha jasa, kuncinya berada pada pelayanan. Kepuasan pelanggan harus nomor satu, mulai dari sisi pelayanan pegawai, kecepatan dan kualitas.
“Melayani harus baik, sopan, itu saya tekankan kepada pekerja. Ketepatan waktu juga. Deadline misal seminggu, syukur selesai dikerjakan 3 hari. Kalau soal harga, menurut saya nomor sekian. Kunci utama tetap di pelayanan, “ tandasnya.
Disinggung dampak pandemi Covid-19, Sukono membenarkan cukup terasa. Omset usaha percetakan ikut menurun, karena pembatasan kegiatan masyarakat. Permintaan banner-banner pengajian, pentas musik, undangan pernikahan, turun drastis.
Meski demikian ia tetap bersyukur usahanya tidak sampai merumahkan karyawan, justru bisa menambah. Saat ini lebih dari 100 orang, tersebar di 14 cabang.
“Ya istilahnya antar cabang subsidi silang mas. Penginnya sich nggak ada pembatasan kegiatan masyarakat ya, tapi mau bagaimana lagi, kita harus patuh sama pemerintah, “ pungkas Sukono.
Di mata para pekerjanya, Sukono dianggap sebagai pribadi yang senang bercanda, namun serius untuk urusan pekerjaan. Seorang karyawan, Harirotus Sa’adah mengaku sudah 6 tahun bekerja di Selecta Grafika. Baginya, sang bos selalu menempatkan anak buah seperti keluarga sendiri.
“Orangnya humble, tapi kalau ada kerjaan, harus cepat, bagus dan nggak ada komplain. Di sini malah nggak terasa kerja, dirangkul gitu, intinya bareng-bareng, “ kata wanita asal Caruban, Lasem ini.
Setelah sukses di dunia percetakan, Sukono kini mulai melirik usaha lain, yakni beternak sapi. Ia ingin mencoba sektor baru, yang menurutnya juga tidak kalah menantang.
Ok..itu tadi kisah perjuangan Sukono, semoga semangat inspirasinya bisa menular ke kita semua. Salam sehat, salam semangat. Sukses selalu untuk anda. (Musyafa Musa).