Rembang – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah mendorong supaya berita-berita yang disajikan wartawan bisa membangun rasa optimisme masyarakat menghadapi pandemi Covid-19. Bukan sebaliknya menebar narasi-narasi yang rawan memicu kepanikan dan ketakutan.
Ketua PWI Jawa Tengah, Amir Machmud NS menyampaikan hal itu dalam kegiatan Webinar yang mengangkat topik “Pentingnya Narasi Positif Dalam Pemberitaan Di Tengah Kondisi Covid-19”, hari Senin (12 Juli 2021).
Amir mengakui ketika pihaknya merencanakan seruan narasi positif dalam pemberitaan, sempat muncul pertanyaan dari pihak lain, apakah realitas yang terjadi di tengah masyarakat tidak boleh diberitakan, padahal hal itu juga menjadi bagian pendidikan ?
Amir menanggapi pers berfungsi sebagai sarana menginformasikan, mengedukasi, menghibur dan menjalankan fungsi kontrol sosial. Keempat fungsi tersebut, sejatinya bisa dirangkum melalui pemberitaan yang inspiratif.
Artinya, dari pemberitaan mampu menumbuhkan perilaku masyarakat ke arah yang baik, bukan mengarah pada perilaku destruktif.
“Dulu kita kenal paham bad news is good news, sekarang bisa menjadi good news is good news to. Hal ini yang terus saya kampanyekan ketika memimpin PWI Jawa Tengah, sejak tahun 2015 lalu sampai sekarang. Termasuk tanggung jawab sosial media kita, “ papar Amir, sebagaimana dilansir Radio R2B Rembang dari siaran TV KU Semarang.
Dalam kesempatan itu, Ketua PWI Jawa Tengah, Amir Machmud juga menandatangani seruan bersama dengan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah, KH Ahmad Darodji.
Seruan yang lebih mengedepankan narasi positif dalam pemberitaan tentang Covid-19, sekaligus peningkatan peran tokoh agama membantu menyosialisasikan agar masyarakat melaksanakan kebijakan pemerintah, untuk menekan penyebaran Covid-19.
Ketua MUI Jawa Tengah, KH Ahmad Darodji berpendapat narasi maupun konten negatif, akan menurunkan imunitas seseorang.
“Orang sehat pun bisa drop, karena belum ada kabar baik kapan Covid-19 ini akan berakhir, “ tuturnya.
Maka ia mengajak awak media maupun pelaku sosial media untuk menghindari pernyataan-pernyataan yang membuat masyarakat takut, panik dan cemas. Lebih baik memilih narasi yang bisa memperkecil ketakutan dan memperbanyak kabar-kabar gembira.
“Misalnya, sampaikan bahwa dari statistik 94 % dari mereka yang terkena Covid-19 bisa disembuhkan, “ imbuh Kiai Darodji.
Ketua Bidang Organisasi Hukum Dan HAM MUI Jawa Tengah, Abu Rokhmad Musaki menegaskan pihaknya tidak bermaksud mengajak para jurnalis dan netizen untuk mengingkari fakta.
Namun ingin lebih mengedukasi masyarakat untuk cerdas mengakses berita yang bermanfaat, sehingga merasa bahwa masih ada harapan untuk Indonesia kedepan.
“Kita sadari betul, sepertinya tidak ada harapan. Padahal bisa jadi besok pagi, Minggu depan atau bulan depan, Corona sudah hilang. Rasa ini yang ingin terus kita bangun, besok masih ada harapan, “ tandasnya.
Dalam webinar itu, turut diramaikan pula pandangan-pandangan inspiratif dari Ahmad Rofiq Wakil Ketua MUI Jawa tengah dan Edi Noersasongko Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang. (Musyafa Musa).