Rembang – Angka stunting terus meningkat, karena sejumlah faktor. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh kembang anak secara fisik atau warga biasa menyebutnya anak cebol.
Berdasarkan riset kesehatan dasar, angka stunting tahun 2019 sebesar 22,9 %, kemudian tahun 2020 naik menjadi 24,97 %.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang, Ali Syofi’i mengungkapkan data tersebut dalam kegiatan Rembuk Stunting di lantai IV Kantor Bupati Rembang, hari Kamis (10/06). Ali menyebut faktor-faktor yang memicu kenaikan angka stunting, salah satunya pandemi Covid-19.
Ia mencontohkan lantaran pandemi, tiap kali warga akan membutuhkan layanan Posyandu, harus dirapid dulu, sehingga partisipasinya menurun tajam. Selain itu, pernikahan usia muda juga turut berpengaruh.
“Hal itu membuat pola asah asih asuh menjadi belum optimal, “ tutur Ali.
Ali menambahkan pihaknya melakukan sejumlah cara, guna menekan angka stunting. Salah satunya meningkatkan pemeriksaan ibu hamil.
“Semula 4 kali, kini menjadi 6 kali pemeriksaan, “ ucapnya.
Selain itu, lokasi desa stunting dipetakan, agar penanganan menjadi lebih fokus. Total terdapat 27 desa, tersebar di 10 kecamatan.
Bupati Rembang, Abdul Hafidz menuturkan perlu dukungan banyak pihak untuk mengatasi anak stunting, sehingga tidak bisa dibebankan kepada Dinas Kesehatan saja.
“Supaya memonitor bayi dalam kandungan sampai 2 tahun di luar kandungan, diawasi tenaga kesehatan dan lembaga- lembaga keagamaan yang ada di sekitarnya. InsyaAllah melalui kolaborasi ini penanganan stunting bisa cepat teratasi, “ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Wahyu Setyaningsih yang hadir sebagai narasumber memaparkan balita stunting di Jawa Tengah saat ini mencapai 20 %. Targetnya, pada tahun 2023 kasus stunting bisa ditekan kurang dari 14 persen. (Musyafa Musa).