Lasem – Aktivitas ngantor aparat Desa Sendangcoyo, Kecamatan Lasem, sudah bertahun-tahun menumpang di bangunan perpustakaan dan sanggar seni.
Pasalnya, bangunan balai desa yang berjarak 100 an Meter dari gedung perpustakaan, mangkrak sejak tahun 2014 lalu, sehingga kondisinya semakin tidak layak untuk ditempati.
Kepala Desa Sendangcoyo, Kecamatan Lasem, Dwi Sukamdi, hari Jum’at (28 Mei 2021) mengatakan pihaknya sudah berupaya mencari peluang dana aspirasi (pokok pikiran/Pokir) anggota DPRD, maupun mengajukan proposal ke Pemkab Rembang. Namun sampai sekarang belum ada respon yang menunjukkan usulan tersebut akan disetujui.
“Dari atas, belum ada tindak lanjut mas. Ibaratnya ya kita nggak punya balai desa, lha wong kegiatan ngantor sehari-hari mengungsi ke gedung perpustakaan, “ ujar Kades yang terpilih tahun 2016 lalu ini.
Dwi Sukamdi menambahkan dana desa dilarang untuk membangun kantor atau balai desa. Di sisi lain, pihak desa juga tidak mempunyai pendapatan hasil lelangan tanah bengkok. Solusi satu-satunya, menunggu uluran tangan dari pemerintah atau Pokir anggota dewan.
Menurut Dwi, kegiatan ngantor perangkat desa memanfaatkan ruang seadanya di dalam perpustakaan desa. Ia membenarkan pelayanan kepada masyarakat menjadi tidak maksimal.
“Kondisinya ya nggak bisa teratur, soalnya ruangan sempit. Belum memadai lah untuk pelayanan di tingkat desa. Jika ada anggaran, bangunan balai desa yang mangkrak, ingin kita tata, “ imbuh Sukamdi.
Sebagai gambaran, Desa Sendangcoyo merupakan desa yang berada di puncak Gunung Lasem. Kanan kirinya diapit hutan lindung cukup lebat, memiliki 6 Dusun, diantaranya Teluweng, Mentoro, Deles, Kebon, Kolilo, dan Dusun Lorog. Jarak antara dusun satu dengan dusun lain saling berjauhan, karena dipisahkan oleh perbukitan.
Desa Sendangcoyo dihuni penduduk sebanyak 2.695 jiwa. (Musyafa Musa).