Wabi Di Pabrik Semen, Bedanya Dulu Dan Sekarang
Warung binaan dikelola BUMDes ring 1 sekitar pabrik semen. (Foto atas) Manajer CSR PT Semen Gresik Pabrik Rembang, Suwoko keluar dari Warung Binaan (Wabi).
Warung binaan dikelola BUMDes ring 1 sekitar pabrik semen. (Foto atas) Manajer CSR PT Semen Gresik Pabrik Rembang, Suwoko keluar dari Warung Binaan (Wabi).

Gunem – Warung makan di lokasi PT Semen Gresik Pabrik Rembang, saat ini kondisinya sudah jauh berbeda. Kalau dulu dengan bangunan seadanya dan banyak warung berjajar, tetapi sekarang dibangun permanen lebih representatif. Jumlahnya pun tinggal 7 warung, mereka dinamakan Wabi (Warung Binaan) CSR PT. Semen Gresik.

Suwoko, Manajer CSR PT Semen Gresik Pabrik Rembang mengatakan untuk menata tempat tersebut, pihaknya menggelontorkan anggaran sekira Rp 700 Juta.

Perbedaan lain, warung tidak lagi dikelola secara perorangan oleh warga, melainkan diserahkan kepada masing-masing Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) 6 desa di ring satu pabrik semen. Meliputi Desa Tegaldowo, Kajar, Pasucen, Timbrangan Kecamatan Gunem, kemudian Desa Kadiwono Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang dan Desa Ngampel – Kab. Blora.

Setiap BUMDes menempati 1 warung makan, sehingga totalnya ada 6 warung. Tambahan 1 warung lagi adalah gabungan dari 6 BUMDes, hanya khusus melayani minum.

“Warung yang dikelola BUMDes hanya diizinkan jual makanan, untuk minuman dilayani warung paling ujung barat yang ada tulisan SMOR itu. Labanya SMOR akan dibagi ke BUMDes ini juga, “ paparnya, Selasa (09 Maret 2021).

Suwoko menambahkan dengan cara semacam itu, untuk menghindari jangan sampai muncul kecemburuan warga yang ingin berjualan di lokasi pabrik. Mengingat areanya terbatas.

Tapi pelaku pedagang, tetap harus melibatkan penduduk desa setempat. Soal pembagian keuntungan, bisa dibicarakan antara pedagang dengan pengelola BUMDes.

“Misalkan dari BUMDes Desa Tegaldowo, yang jualan ya orang Tegaldowo sendiri. Soal persentasenya berapa-berapa, mereka sendiri yang rembugan. Kalau penghasilan, per hari nggak kurang dari Rp 1 Juta kok. Bisa lebih malah, tergantung pinter-pinteran masak dan penyajian, “ imbuh Suwoko.

Suwoko menambahkan kedepan antar warung akan dikondisikan menyajikan menu masakan yang berbeda. Selain itu, sistem pembayaran perlu ditata lagi, dengan cara pembeli membayar di awal.

“Jangan sampai warung jualan pecel semua. Penginnya 1 warung 2 menu saja. Nanti gantian, biar beda. Begitu pula pembayaran, kan banyak yang berlama-lama nongkrong di sini. Kalau bayar di awal, antisipasi yang lupa nggak mbayar, “ ujarnya tersenyum.

Sementara itu seorang pedagang warga Desa Pasucen, Kecamatan Gunem, Ramewati mengaku sangat terbantu, setelah dirinya berjualan di lokasi pabrik semen. Bahkan ekonomi keluarganya ikut terangkat.

“Bersyukur sekali mas. Semoga pandemi Covid-19 lekas berlalu, biar warung ramai lagi seperti biasa, “ kata Ramewati. (Musyafa Musa).

News Reporter

Tinggalkan Balasan