Kaliori – Pihak Desa Tasikharjo Kecamatan Kaliori mengamati potensi hutan bakau di pinggir pesisir pantai kampung mereka, layak dikembangkan menjadi destinasi wisata.
Harun, seorang perangkat desa Tasikharjo mengatakan di desanya terdapat 3 dusun, meliputi Ngelak, Paloh dan Dusun Wates. Sejauh ini yang sudah dikenal masyarakat adalah Pantai pasir Putih di Dusun Wates, sedangkan potensi hutan bakau Dusun Paloh dan Ngelak belum diberdayakan.
“Biar yang maju wisatanya nggak cuma Wates saja, tapi Ngelak dan Paloh juga. Yang dibanggakan mangrove (bakau) nya, “ kata Harun.
Dalam suatu kesempatan bertemu dengan pihak Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Rembang belum lama ini, Harun mengusulkan agar dibantu untuk mengembangkan keberadaan hutan bakau yang kondisinya sekarang sudah cukup lebat.
“Bagaimana cara kita memulai, “ bebernya.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Rembang, Dwi Purwanto berpendapat tidak masalah jika ada rencana mengembangkan hutan bakau. Tapi kuncinya harus beda dan unik, dibandingkan dengan hutan bakau yang sudah lebih dulu ada, yakni di Dusun Kaliuntu Desa Pasar Banggi, Rembang.
“Kalau dengan Pasar Banggi ya kalah start, soalnya di sana sudah ada gasebo maupun tempat jalan kakinya. Maka karena bakau dekat dengan pantai pasir Putih, harus dikonsep beda, dalam 1 paket, “ tuturnya.
Jika mengusung konsep sama, ia khawatir lama kelamaan akan ditinggalkan masyarakat. Apabila sudah dipetakan, pengelola bisa melakukan penataan awal, kemudian dipromosikan melalui media sosial. Selain itu, masyarakat sekitar juga harus dilibatkan.
“Saya kasih contoh Pasar Brumbung, coro Jawane sudah kemedol (punya nilai jual-red). Muncul lagi tempat-tempat lain yang sama dengan Pasar Brumbung, ya akhirnya ditinggalkan, “ terang Dwi.
Dwi mempersilahkan kepada Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tasikharjo diskusi dengan tim di Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, untuk mencari konsep yang tepat. Tujuannya, mengoptimalkan destinasi wisata secara berkelanjutan. (Musyafa Musa).