Rembang – Sejak pembelajaran jarak jauh atau online diberlakukan, banyak kalangan ibu di Kabupaten Rembang yang bertambah berat beban pikirannya, gara-gara harus membantu menyelesaikan pelajaran anak-anak mereka di rumah. Bahkan sejumlah diantaranya mengaku agak stres, lantaran mesti menangani 3 sampai 4 anak sekaligus.
Nurdiyanti salah satunya. Ia kebetulan merawat 1 anak dan 2 keponakan yang bersekolah SD. Semua membutuhkan HP untuk belajar online, memahami materi dari guru masing-masing. Selain boros kuota internet, kondisi semacam itu juga mengakibatkan anak-anak rawan terpapar radiasi HP.
“Semua itu kan butuh kuota internet, karena kebanyakan pelajaran lewat video dan youtube. Ya kalau punya uang buat beli kuota, lha kalau nggak, kita kan harus tetap bisa. Kalau anaknya cuman 1 sich mungkin nggak apa-apa ya, saya langsung 3. Apalagi kalau pelajaran bersamaan, sampai stres saya, “ tuturnya.
Ketika anak-anak enggan belajar, Nurdiyanti menambahkan otomatis orang tua yang terpaksa mengerjakan soal pelajaran. Ia mendesak sekolah memberlakukan cara lebih sederhana, namun efektif untuk pembelajaran.
“Mohon pelajaran daring (online) dihentikan saja. Tapi diganti guru memberikan materi tertulis 1 Minggu sekaligus. Materi bisa diambil melalui ketua kelompok atau gurunya. Langsung banyak ndak apa-apa, nanti dikumpulkan di mana. Seperti itu malah lebih memudahkan kami selaku orang tua, “ imbuhnya.
Menanggapi keluhan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Rembang, Mardi menyatakan pembelajaran jarak jauh harus menyesuaikan kondisi siswa, karena antar sekolah berbeda-beda.
“Kadang ada sekolah yang memiliki fasilitas bagus dan anak-anaknya siap untuk belajar online. Tapi ada sekolah dan siswa yang kurang siap, “ kata Mardi.
Ia mengakui pengeluaran orang tua membengkak untuk membeli data kuota internet, akibat kebijakan ini. Menurutnya, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebenarnya juga bisa digunakan untuk membeli paket kuota bagi guru dan murid. Jika tidak memungkinkan, sebaiknya sekolah membuat konsep pembelajaran yang tidak terlalu memberatkan siswa.
“Walaupun kalau jalan terus juga nggak akan mencukupi anggarannya, karena dana BOS di tiap sekolah beda-beda. Tapi bisa dipakai untuk beli kuota. Nah makanya kami sarankan, metode pembelajaran yang simple, mudah dipahami dan jangan sampai membebani anak terlalu berat, “ ungkapnya.
Lalu kapan pembelajaran tatap muka di sekolah untuk tingkat PAUD, SD, hingga SMP dimulai ? Mardi membeberkan prinsipnya harus menunggu zona hijau, padahal wilayah Kabupaten Rembang saat ini masih zona merah Covid-19.
Kelak kalau sudah menyandang zona hijau, siswa SMP masuk terlebih dahulu, setelah itu 2 bulan berikutnya disusul siswa SD dan 2 bulan lagi, baru anak TK-Paud.
“Jadi kalau sudah zona hijau, siswa SMP masuk dulu. Dievaluasi kok masih zona hijau, 2 bulan setelah itu giliran siswa SD. Dievaluasi lagi, dua bulan kok masih hijau, baru anak-anak TK-Paud masuk sekolah. Tapi untuk tahun ajaran baru, efektif berlaku mulai tanggal 13 Juli 2020, “ terang Mardi.
Sebelumnya, siswa sekolah di semua tingkatan, sudah diliburkan sejak tanggal 16 Maret 2020, karena pandemi Covid-19. (Musyafa Musa).