

Sarang – Peristiwa pencurian dua buah pipa besi di lokasi bekas penggalangan kapal Desa Kalipang Kecamatan Sarang, pelaku beralasan tidak punya uang untuk makan.
Pelaku berinisial RN (19 tahun) warga Desa Dadapan Kecamatan Sedan ini blak-blakan kepada pemilik besi maupun aparat kepolisian, setelah diamankan warga. Akibatnya, korban pemilik besi, H. Sururi (54 tahun) warga Desa Karangmangu Kecamatan Sarang merasa kasihan terhadap tersangka, sehingga memutuskan tidak melanjutkan kejadian itu ke proses hukum. Apalagi nilai dari dua pipa besi itu hanya sekira Rp 1 Juta.
Kapolsek Sarang, AKP Haryanto melalui Kanit Reskrim Polsek Sarang, Aipda Zaenal Abidin ketika dikonfirmasi menyatakan pihaknya melakukan mediasi atau mendamaikan kasus pencurian besi di Desa Kalipang, Kecamatan Sarang.
Untuk menyidik sebuah kasus, menurutnya perlu laporan polisi. Sedangkan korban tidak bersedia membuat laporan polisi. Dari hasil penelusuran, pelaku merupakan keluarga tidak mampu. Orang tuanya juga merantau di Kalimantan, bekerja sebagai buruh perkebunan sawit.
“Saat ditanya apa alasannya mencuri, pelaku bilang untuk makan. Korban pemilik besi merasa kasihan dan tidak mau buat laporan polisi. Apalagi nilai kerugian juga minim. Kami akhirnya memediasi antara korban dengan pelaku. Intinya nggak diproses secara hukum, “ ujarnya.
Aipda Zaenal Abidin membenarkan saat polisi melakukan penggeledahan, pelaku memang tidak mempunyai HP dan tidak membawa uang sama sekali.
“Ketika diamankan warga, lalu diserahkan kepada kami, sempat kita geledah. Pelaku nggak bawa uang sama sekali. Dia datang ke TKP pakai motor, tapi motor sudah tua “ imbuh Zaenal.
RN diperbolehkan pulang pada Minggu malam. Namun yang bersangkutan masih dikenakan wajib lapor ke Polsek Sarang.
Sebelumnya, pelaku RN ini nekat mencuri 2 pipa besi di bekas penggalangan kapal milik H. Sururi, di Desa Kalipang Kecamatan Sarang, Minggu (03/05) sekira pukul 10.30 Wib. Pipa tersebut berfungsi untuk menggelindingkan kapal ke laut. Namun karena bobot pipa sangat berat, sehingga pelaku sempat kesulitan membawa hingga akhirnya kepergok warga sekitar. (Musyafa Musa).